Apa Saya Bisa Memilih? Dengan Bahagia?

Kurang lebihnya, pernah suatu saat sebelum sahabat Rasulullah masuk Islam, tatkala ditanya oleh Rasulullah, apakah ia bersedia menerima Islam sebagai keyakinannya, maka sahabat tersebut bertanya “Apakah saya akan bahagia?”. Sebenarnya ini adalah juga pertanyaan yang selalu ada di dalam hati saya. Kapan-kapan saya mencoba mendefinisikan apa sih “bahagia” itu sesungguhnya? (Cuma gak janji, klo sempet aja nulisnya). Saat saya memilih bergabung dalam suatu kelompok, saya pun berharap agar.. kebahagiaan dapat diraih secara bersama-sama. Tentunya lebih baik ketimbang berusaha meraihnya sendirian. Namun tatkala kebanyakan dari anggota dalam kelompok itu seperti tidak komitmen terhadap ketetapannya sendiri, ini bisa menjadi suatu “masalah”. Akan ada korban.. mulanya hanya sebagai IRT alias Incident Response Team.. lama-lama jadi “tumbal”. Saya ingin mengatakan pendapat saya pribadi kepada pemirsa bila saya harus memilih dari semua partai yang ada.. bila masih diijinkan untuk tidak memilih alias golput tentunya.. saya akan memilih golput. Cuma setelah keluarnya fatwa haram MUI ya.. saya berusaha untuk memilih walau sebenarnya seakan-akan saya tidak tau sama sekali esensi dari mengapa saya harus memilih. Seakan tidak ada jalur sama sekali untuk memberikan sikap “mosi tidak percaya”. Saya senang sekali dengan pernyataan salah seorang rekan saya yang mengatakan.. bahwa ia akan golput. Namun tatkala saya bertanya apakah ia akan merasa berdosa melakukan itu. Ia menjawab bahwa ia “mengakui” bahwa ia berdosa lantaran menentang fatwa. Suatu yang saya rasa tidak akan dilakukan oleh seorang yang memiliki karakter main watak. Saya bertanya lagi kepadanya apa yang akan ia jelaskan mengenai pertanggungjawaban yang dilakukannya di akhirat kelak. Ia mengatakan bahwa ia merasa tidak mengenal orang-orang yang akan ia pilih. Ya wess.. semoga selamat dunia akhirat. Saya pun tidak berani berkata apa-apa apakah tindakannya salah atau benar. Namun apa yang dilakukannya adalah sama seperti apa yang akan saya lakukan bila saya memilih untuk golput. Namun saya masih berusaha untuk tidak golput. Bila pun saya harus memilih.. dan bila pun pemirsa sependapat dengan saya.. saya akan memilih partai Islam lantaran saya adalah seorang muslim. Bisa jadi meski saya tidak percaya terhadap mereka. Bahkan mungkin.. sekalipun mereka akan membinasakan diri saya dengan nyelekit-nya, pengusiran-nya, penghinaan-nya, fitnah-nya dan segala tindakan negatif lainnya. “Bila pun”.. saya mengajak pemirsa mari sama-sama sebagai seorang muslim kita memilih partai Islam, bukan berarti saya mengajak pemirsa untuk bisa mencapai kebahagiaan. Saya tidak berani memberi jaminan tentang kebahagiaan itu sendiri mengingat arti kebahagiaan bagi masing-masing orang adalah berbeda-beda. Bahkan mungkin ada yang mendefinisikan kebahagiaan itu adalah bila orang lain menderita walau ia tidak mau mengakuinya secara eksplisit. Bisa jadi dengan memilih partai Islam.. pemirsa akan malah semakin menderita dari penderitaan yang sudah pemirsa alami saat ini. Itu yang bisa saya katakan sehingga saya di sini tidak menjanjikan apa pun kepada pemirsa bilamana pemirsa memilih partai Islam. Namun ada hal yang perlu dicermati.. yaitu adanya sebuah syafaat. Namun syafaat hanya akan diberikan kepada yang terdefinisikan sebagai umat Rasulullah SAW. Masalah apa definisi umat itu sendiri biarlah pemirsa mencari tau sendiri itu apa. Kan banyak ulama atau “orang yang dianugerahi ilmu” yang bisa ditanya. Dan apakah saya berbicara mengenai partai Islam ini berarti menganjurkan pemirsa untuk memilih partai Islam? Saya meminta ijin untuk tidak menjawabnya. Dan meminta ijin untuk tidak menjelaskannya. Mohon maaf lahir batin. Namun saya meminta ijin untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan lantaran saya merasa itu benar. Untuk meyakini sesuatu itu benar saya mati-matian bertahan agar sampai kepada suatu hal.. yaitu mati husnul khotimah. Terlepas apakah “benar” yang saya yakini itu memang benar adanya. Karena bisa jadi kebenaran yang saya yakini adalah suatu hal yang salah menurut definisi pemirsa. Sama halnya saya mati-matian bertahan pada penderitaan untuk satu hal.. yaitu syafaat. Demikian lebih kurangnya.

Tags: , , ,

Leave a Reply


eight + = 17