Merugikan Diri Sendiri

Suatu hari ada mahasiswa perwalian saya yang berencana mengambil COOP. Saya bertanya mengapa dirinya tidak mengambil KP? Lalu si mahasiswa menjawab bahwa COOP adalah gantinya KP. Saya bertanya balik, benarkah demikian? Si mahasiswa mengiyakan dengan sangat yakin. Lalu saya mengijinkan pengambilan SKS tsb. Namun ia harus bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan. Yang penting bagi saya adalah.. saya sudah mengingatkan.

Kira-kira setahun kemudian, si mahasiswa datang lagi kepada saya sambil meminta tolong mengenai kekurangan SKS-nya. Karena ternyata, COOP tidak diakui SKS-nya. Ya saya hanya menjawab, kalo kamu kekurangan SKS, ya aturannya adalah harus mengambil MK yang lain untuk menutupi SKS yang kurang. Misalnya mengambil MK pilihan.

Sewaktu sidang akademik, ada dosen bercerita tentang.. betapa dirugikannya si mahasiswa akibat kekurangan SKS-nya. Saya tau dosen ini bercerita tentang apa. Dan saya tau sekali klo si dosen ini tidak tau duduk perkaranya.

Dari cerita di atas, ada satu hal yang saya sesalkan. Si mahasiswa tidak bercerita dengan jujur tentang kronologis sebenarnya. Bahwa dirinya turut andil dalam “merugikan dirinya sendiri”. Saya tau siapa orangnya. Namun saya pesimis sifatnya berubah. Karena DARI DULU memang kelakuannya seperti ini. Bercerita hanya sebagian, menyembunyikan sebagian yang lain. Yang pada akhirnya menimbulkan fitnah di mana-mana.

Mungkin orang seperti ini berpikir bahwa ia telah menang dengan merugikan orang lain dengan kisah-kisah palsunya. Namun percayalah pemirsa. Orang ini.. sesungguhnya.. telah merugikan dirinya sendiri!

NB: Mencontoh orang yang bercita-cita jadi politikus kali ya

Tags: ,

Leave a Reply


nine − 6 =