Gelas Harus Diisi Apa?

Ini sebenarnya pertanyaan yang unik, yang muncul tatkala saya mengikuti acara piknik suatu organisasi impian. Ada kuisener yang pertanyaannya bermacam-macam, termasuk pertanyaan seputar jati diri. Dan ketika masuk kepada opsi pertanyaan yang berbunyi kurang lebihnya ”Gelas harus diisi apa?” banyak dari rekan-rekan saya saat itu agak2 jadi kurang yakin dengan pertanyaan tersebut. Ini beneran pertanyaan ato cuma becanda. Cuma klo ada kuisenernya.. harusnya pertanyaan serius donk. Mereka pun termasuk saya akhirnya berpikir untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ada yang bilang harus diisi tanah. Ada yang bilang harus diisi air, dan sebagainya. Sampai pada akhirnya.. ada dua orang rekan bertanya kepada saya, kira2 saya mengisi apa? Saya pun terdiam. Diamnya lumayan lama sampai.. pada akhirnya saya memilih untuk tidak menjawabnya. Saya membenarkan saja apa pun yang mereka jawab dalam kuisener tersebut. Karena bila mereka meminta saya menjawab, maka jawabannya lebih mirip pernyataan. Adapun pernyataan saya bunyinya kurang lebih begini ”Apapun yang bisa dimasukkan ke dalam gelas, dan gelas itu menjadi berfungsi sebagaimana fungsinya sebagai wadah, maka itulah isinya”. Sebab saya tiba2 saja menjadi pening tatkala berpikir harus menjawab apa kepada kedua orang tersebut, kuatir yang terjadi malahan.. debat kusir berkepanjangan. Mending saya gak usah jawab. Bener ato salah pemirsa? Salah kali ya.. harusnya jawab aja terlepas orang setuju ato tidak. Tapi terkadang, menghindari konfrontasi yang gak perlu selama masih bisa ditoleransikan.. mungkin lebih baik kali ya..

Tags:

Leave a Reply


× six = 54