Niat Pada Akhirnya Yang Menentukan

Saya sebenernya boleh dibilang pembenci Facebook. Atau setidaknya ogahlah yang namanya buka2 Facebook. Sebagai orang yang gak doyan Facebook, cukup kaget tatkala ada tulisan yang menyatakan bahwa cowok yang gak suka gaul di Facebook adalah ciri cowok yang suka punya wanita idaman lain. Tapi lucunya, menurut survey, selingkuh pada jaman sekarang, paling banyak di-trigger oleh yang namanya.. Facebook.. Mana pernyataan yang benar? Bingung kan? :)

Ada juga kasus yang mirip2 kondisi di atas. Saat ceramah menjelang taraweh, dikasi tau bahwa ada ustad yang bilang bahwa tidurnya orang yang berpuasa atau beritikaf adalah berpahala. Tapi ada juga ustad yang lain bilang, klo pahala tidak akan dicatat klo seseorang dalam keadaan tidak sadar. Salah satu kondisi yang memenuhi hal tersebut adalah.. tidur. Bingung kan? Mana yang bener mana yang salah neh? :)

Klo saya seh ambil prinsip santay aja. Maklum orang awam seh. Pokoke tergantung niat ajahhh. Klo tidur diniatkan untuk ibadah, biar gak sakit, biar ibadah na makin ter-manage dengan baik, jadilah tidur itu ibadah. Tapi klo tidur niatnya biar puasa gak batal alias tidur biar pas bangunnya tinggal buka puasa, nah yang kayak gitu mah saya kembalikan ke yang bersangkutan deh.. no comment ajahhh.

Jadi gtu aja ya. Gimana caranya supaya tau niat seseorang baik atu jelek? Gampangnya.. belah aja dada orang itu, trus diliat di jantungnya apakah ada tulisan baik atau buruk? Klo gak yakin bakal muncul tulisannya, jangan pernah tuh ngebelah dada orang :)

Tags: , ,

2 Responses to “Niat Pada Akhirnya Yang Menentukan”

  1. rani Says:

    bagaimana cara meluruskan niat ini?

  2. Dodi Wisaksono Sudiharto Says:

    Pertama - jangan oportunis. Karena oportunis dekat dengan sifat munafik. Ini berat bahkan untuk diri saya sendiri. Kedua, dibiasakan! Sedikit tapi sering lebih baik daripada banyak tapi kadang-kadang doank. Bahkan yang begini menjamin keikhlasan yang identik dengan niat beramal yang tanpa pamrih. Saya uda punya banyak kasus terkait yang kedua ini. Ini juga berat. Karena segala sesuatu tatkala butuh KOMITMEN.. meski terlihat sedikit dan mudah.. tiba2 saja tidak menjadi sesuatu yang mudah. Sehingga bila saya menilai seseorang, kecenderungannya adalah dengan melihat kebiasaannya daripada meminta sebuah pernyataan komitmen, yang pada akhirnya hanya menjadi komitmen kosong belaka.