Archive for July, 2015

Kerusakan Akibat Kapitalisme

Friday, July 31st, 2015

Bila berbicara tentang sosok Osama bin Laden, sering dipautkan dengan isu terorisme. Dengan tewasnya Osama, seakan-akan dunia telah diamankan dari bencana. Namun benarkah demikian?

Saya berharap, saya mampu berbicara berdasar data. Sehingga, dengan demikian, semoga saya bisa berbicara bukan dengan prasangka, maupun emosi semata.

Berdasarkan data tertanggal 3 Mei 2011 dari suatu media, mengenai bencana alam yang terjadi di Indonesia, dapat dilihat sbb:

Bencana Kerusakan Alam Akibat Kapitalisme

Dapat dilihat bahwa ternyata, kerusakan alam akibat kapitalisme, yang dapat menimbulkan bencana alam, jauh lebih besar dari bahaya yang diakibatkan oleh terorisme. Sehingga di sini, tentunya kita bisa menimbang-nimbang, manakah sebenarnya musuh terbesar umat manusia, terorisme.. (yang bisa jadi hanya sekedar isu tentang terorisme saja..) atau kapitalisme.

Link terkait: http://tinyurl.com/p2zj845 (Economic War (Rusia VS Amerika): Pelajaran Buat Indonesia)

Menyoroti Insiden Tolikara

Wednesday, July 22nd, 2015

Pada posting ini, saya berbicara atas nama saya pribadi. Tepatnya, saya berbicara sebagai seorang muslim.

Saya sangat prihatin dengan insiden yang terjadi di Tolikara, di mana hal tersebut, akhirnya mengingatkan saya atas peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Maluku. Semuanya terjadi justru saat kaum muslim berada pada event saling memaafkan terhadap sesama.

Bicara tentang toleransi, sebenarnya, dengan kondisi jumlah gereja yang ada di Indonesia, yang jumlahnya lebih banyak daripada jumlah masjid, dengan jumlah penduduk Indonesia di mana 93% memeluk agama Islam, merupakan keadaan yang sangat memprihatinkan. Bila kebanyakan para penguasa di daerah termasuk pusat tidak jeli terhadap hal ini, kadang saya suka bertanya-tanya tentang itikad dari para penguasa tersebut. Politik apa yang hendak dimunculkan dengan tindakan semacam ini. Politik adu dombakah? Atau politik busuk yang mana? Atau sebenarnya negara ini telah disetir oleh bangsa-bangsa lain, sehingga penguasa yang ada hanyalah boneka saja yang tidak memiliki kemampuan memerintah dengan bijak? Saya rasa sangat wajar saya bertanya-tanya tentang hal itu semua, dengan munculnya insiden semacam ini, dan telah terjadi untuk kesekian kalinya.

Saya yakin, tidak akan ada gigi yang berani berunjuk gigi, bila tidak didukung oleh gigi-gigi lainnya. Sebenarnya, bila saya bisa berbicara kepada dalang skenario busuk ini, saya ingin mengatakan, bahwa skenario semacam ini adalah skenario yang sudah kuno dan ketinggalan zaman. Sebab, sebentar lagi, akan ada alien yang lebih ganas yang hadir di negeri ini, setidaknya pada akhir tahun 2015 ini. Alien yang dapat ditundukkan oleh orang-orang yang bijaksana, atau hanya menjadi sesuatu yang akan menjadi pemersatu para pesakitan yang lantaran, isi otaknya hanya dipenuhi hal-hal busuk yang tidak produktif.

Analisa saya pribadi, negara-negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan juga Vietnam, serta Filipina, mereka merupakan negara-negara yang memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir tahun 2015 ini, dibandingkan dengan Indonesia.

Saya berharap orang-orang yang cerdas dan bijaksana, dapat memprioritaskan apa yang penting dilakukan untuk negeri ini, dan bagi generasi penerus negeri ini. Agar jangan sampai bila saatnya tiba, negeri ini tidak luluh lantak, terlindas oleh era yang baru.

Saya berharap pemerintah mau mengirimkan tidak hanya sebatas aparat keamanan saja ke Tolikara. Tapi juga para ekspertis seperti halnya para psikolog, para psikiater, dan para sosiolog untuk menelaah akar permasalahan yang terjadi di sana. Agar jangan sampai penanganan terhadap insiden tersebut, hanya sebatas penanganan yang prematur, yang mengakibatkan potensi berulangnya kembali insiden semacam ini untuk kesekian kalinya.

Dengan segala keprihatinan saya berucap..

Bagi kami, agama kami.

Bagi Anda, agama Anda.

Kami (umat Islam) TELAH membuktikan toleransi kami berulang kali.

Bagaimana dengan Anda?

Bicaralah tentang persatuan.

Bila tidak sanggup berbicara tentang toleransi.

Pulang Kampung dan Sejatinya Pulang

Friday, July 17th, 2015

Pulang kampung, seperti menjadi tradisi buat para pemudik yang ingin berlebaran dengan sanak keluarganya. Seperti pada umumnya orang yang berlebaran, mereka tentu mempersiapkan perbekalan agar dapat sampai tujuan dan tinggal beberapa saat di tempat tujuan tersebut. Di kampung halaman, setelah melepas rindu dengan sanak keluarga, tentunya akan terbersit keinginan untuk kembali ke lingkungan semula, di mana keseharian mereka telah tinggal selama ini. Sehingga boleh dikatakan, waktu untuk tinggal di kampung halaman pun tidak akan lama-lama, atau setidaknya berbatas waktu.

”Jalan

Namun, sejatinya pulang, yaitu pulang ke negeri akhirat, yang mana semua manusia tanpa terkecuali akan pergi ke sana, setibanya di sana, mereka tidak akan dapat kembali ke dunia. Mereka akan tinggal selama-lamanya di negeri akhirat tersebut, sesampainya mereka di sana. Perbekalan yang dapat dijadikan andalan untuk mereka hanyalah amal kebaikan yang diterima oleh Alloh SWT.

Ingat pulang kampung, ingatlah juga kampung akhirat.

Semoga kita dipertemukan kembali pada Ramadhan berikutnya. Selamat Idul Fitri 1436 Hijriah. Taqaballahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir bathin.