Archive for April, 2010

Beda Personil Pemda Sama Personil DLLAJR

Monday, April 19th, 2010

Menurut saya seh gak ada bedanya. Pasalnya, semenjak personil DLLAJR yang biasa nangkring di Pasar Dayeuhkolot tersapu banjir hingga ke depan Kompleks Griya Prima Asri, suka nongol pula personil Pemda yang kelakuannya kayak personil DLLAJR alias nagih2-in angkot. Saya pikir personil Pemda nagih2-in angkot terkait untuk biaya maintenance Pasar Dayeuhkolot. Eh.. ternyata Pasar Dayeuhkolot semakin luas aja. Sampe2 depan Kompleks Griya Prima Asri juga termasuk Pasar Dayeuhkolot [lol + sarkasme mode]

NB: Trus udah nagih2-in gitu, ada larangan berjualan pula. Udah pasti bakalan “ribut” kayak yang di Tanjung Priok

Link Yang Saya Curigai Sebagai Referrer Spammer

Sunday, April 18th, 2010

Kayak na yang “merestui” blog saya dari semenjak dulu sampai sekarang bukannya berkurang.. malahan bertambah-tambah aja ya :) Capek bener ngurusin ne blog. Asli dah! Ada yang mau donasi mungkin :) Maksudnya biar saya bisa konsentrasi ngurusin ne blog gtuh. Gak perlu capek2 mikirin masalah perut lagi. Oke deh.. list link yang saya curigai sebagai Referrer Spammer bisa diunduh di sini. Moga2 saya akan selalu bisa melakukan update terhadap list na. Amin!

Sedekah Untuk Si Pelanggar Aturan

Monday, April 5th, 2010

Buat saya ini menjadi kisah yang memiliki hikmah kali ya. Terjadi di masa Rasulullah SAW. Kurang lebihnya cerita na begini. Saat itu telah masuk bulan puasa. Lalu saat Rasulullah SAW sedang berbincang-bincang dengan salah seorang sahabat, datanglah seorang negro berperangai kecil menghadap Beliau. Ia bilang bahwa ia telah menggauli istrinya di siang hari yang menyebabkan ia batal berpuasa. Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk membayar fidyah dengan memberi makan 40 orang miskin. Lalu negro tersebut.. sebutlah si pelanggar aturan mengatakan bahwa ia tidak mampu. Lalu Rasulullah SAW menyuruhnya berpuasa 40 hari berturut-turut. Namun si pelanggar aturan tersebut mengatakan bahwa ia tidak sanggup pula melakukannya. Lalu Rasulullah SAW memberinya dua karung korma agar ia memberikannya kepada orang-orang miskin. Lalu si pelanggar aturan bertanya kurang lebihnya “Adakah kaum yang lebih miskin daripada kaumku?”. Lalu spontan Rasulullah SAW tertawa hingga gigi2 gerahamnya terlihat oleh para sahabat. Beliau berkata agar korma tersebut dibawa pulang saja oleh si pelanggar aturan agar ia memberinya kepada keluarganya. Begitulah yang terjadi di masa Rasulullah SAW. Orang yang menjadi pelanggar aturan.. tidak secara serta merta dihukum tanpa melihat esensi dari kondisi yang ia sedang alami saat itu.

Antara Assessment dengan Audit

Monday, April 5th, 2010

Pernahkah pemirsa melakukan assessment? Pernah pulakah pemirsa melakukan audit? Ada yang menarik seputar assessment dan audit yang pernah saya perbincangkan dengan salah seorang rekan saya. Ada suatu kursus profesional yang mengacu pada standarisasi tertentu.. dan standarisasi tersebut biasa digunakan sebagai analisis dalam membuat cetak biru suatu Perencanaan Strategis Sistem Informasi (PSSI). Namun lantaran poin2 standarisasinya sangat banyak sekali, akhirnya jatoh2 nya sering digunakan sebagai alat untuk audit. Perencanaan Strategis Sistem Informasi (PSSI) semacam ini menurut saya lebih dekat kepada “gap analysis”. Walau menurut saya terdapat juga Perencanaan Strategis Sistem Informasi (PSSI) yang tidak menggunakan gap analysis dalam pencatatan cetak biru atau blue print-nya, namun Perancanaan Strategis Sistem Informasi semacam ini sangatlah “laku” di negeri impian. Maklum aja “diimpor” oleh bandrolan bersertifikasi tertentu. Nah tatkala audit dilakukan, terdapat hal2 yang perlu diperhatikan oleh seorang auditor, agar jangan sampai auditor terjebak pada suatu assessment. Misalkan sang auditor telah mencatatkan 10 poin aturan yang harus dipenuhi.. dan ia melakukan audit misalkan terhadap 5 unit, sedangkan dari 10 poin hanya poin yang nomor satu saja yang tidak bisa dipenuhi oleh semua unit yang sedang diaudit tersebut, sedangkan poin2 yang lain pada dasarnya.. ada.. sekurang-kurangnya 1 dari 5 unit yang diaudit, memenuhinya.. maka bisa jadi justru aturan poin nomor satu itulah yang mesti di analisa. Jadi tidak saklek bahwa.. mentang2 poin nomor satu tidak ada yang sanggup memenuhinya dari 5 unit yang diaudit, maka berarti kelima-lima unit itu “bersalah” semua. Malah untuk teknik audit yang benar, bisa jadi poin nomor satu dari salinan standar aturan tersebut yang bisa jadì “salah”.. setidaknya untuk kondisi “saat itu”. Beda dengan assessment.. ia hanya melakukan pengambilan data dari salinan aturan standar yang ada tanpa perlu lagi “mempertimbangkan” apakah.. poin2 yang dijadikan standar dalam assessment tersebut apakah “layak” atau tidak layak untuk dijadikan standar aturan. Nah.. orang2 di negeri impian.. yang saya perhatikan.. suka kebolak-balik tatkala melakukan audit dengan assessment. Yang dikatakan sedang melakukan audit.. menurut saya, ia sebenarnya sedang melakukan assessment.. dan bukan sedang melakukan audit. Pada audit, ada gap analysis yang dianalisa apakah sampai pada jenjang tertentu, suatu unit AKAN BISA mencapai standar sesuai yang diharapkan atau tidak.

Mengikuti Prosedur Ala Keblinger

Monday, April 5th, 2010

Sering orang menyangka manakala setiap orang mengikuti prosedur yang sudah ada, segala sesuatunya akan baik2 saja. Namun orang sering lupa bahwa prosedur pun bisa jadi memiliki suatu kelemahan. Maklum prosedur adalah buatan manusia. Manusia adalah mahluk yang kemampuannya seusai dengan harkat kemanusiaannya. Sehingga bila ternyata ada prosedur yang memiliki.. sebutlah suatu “bugs”, dan orang justru mengikuti prosedur yang secara kebetulan mengikuti aturan yang memiliki “bugs” tersebut, maka keadaanya malah akan menjadi berantakan.

Kisah ini benar2 terjadi manakala saya mengikuti kursus Bahasa Inggris dengan beberapa orang rekan saya sesama dosen di institusi tempat saya bekerja. Saat itu sedang liburan akademik, pihak institusi mengadakan program berupa kursus singkat Bahasa Inggris buat para dosen dengan cara memanggil guru pengajar Bahasa Inggris. Dosen2 dikelompokkan jadi beberapa kelas dan masing2 kelas memiliki ketua kelompok kursus. Pengajarnya kebetulan seorang gadis yang masih muda dan kayaknya semangat banget dalam mengajar Bahasa Inggris. Bener2 profesional untuk bidangnya menurut saya. Bagus seh klo kita diajar oleh orang yang kalo ngajar tuh semangat, begitu dalam pikiran saya. Suatu saat terdapat acara penting yang suka atau tidak suka menyita perhatian para dosen untuk mempersiapkan diri dalam rangka mengikuti acara tersebut. Kebetulan waktunya mepet sekali dengan hari untuk mengikuti kursus Bahasa Inggris dan jadwal pengajaran kursus Bahasa Inggris saat itu pun tinggal dua pertemuan lagi. Saya yang merasa baik2 saja pas hari untuk pergi kursus, ya datenglah untuk kursus. Ketemu sama guru pengajar kursus Bahasa Inggrisnya untuk memulai pelajaran. Ternyata, yang kursus Bahasa Inggris saat itu cuma saya doank. Sedangkan rekan2 saya yang lain tidak ada satu pun yang hadir. Bener2 mirip kursus privat jadinya saat itu. Lalu saya bilang kepada guru Bahasa Inggris saat itu, agar sebaiknya pertemuan kursus yang terakhir, ditunda dulu saja sampai pekan depan mengingat saya kuatir tidak ada seorang pun yang datang di hari pertemuan terakhir lantaran terdapat acara penting saat itu di institusi yang waktunya mepet sekali dengan hari kursus Bahasa Inggris. Saya bilang pada si guru Bahasa Inggris supaya memberitahu apa yang saya sampaikan kepada ketua kelompok kursus. Namun si guru Bahasa Inggris keberatan dengan saran saya lantaran hal tersebut tidaklah sesuai prosedur (senyum2 mode), lagipula menurutnya, ia tidak mendapat pemberitahuan apa pun dari ketua kelompok kursus. Ya wess.. begitu selesai kursus Bahasa Inggris, besok2 nya saya temui ketua kelompok kursus dan menyarankan hal yang sama kepadanya seperti apa yang saya sarankan kepada si guru Bahasa Inggris. Apa tanggapan si ketua kelompok kursus? Tanggapannya adalah sama kurang lebihnya seperti tanggapan si guru Bahasa Inggris. Hal tersebut menyalahi prosedur. Sebab bila hal tersebut dilakukan, maka sebaiknya diberitahukan dulu ke semua peserta kursus. Supaya tidak berkesan “main ambil alih” mungkin maksudnya. Saya yang saat itu MERASA sudah melakukan hal yang menurut saya menjadi kewajiban saya, ya sudah.. tidak berberat hati terhadap hal yang sangat mungkin terjadi. Begitulah pemirsa, pas hari terakhir kursus tiba, tidak seorang pun yang hadir kecuali si guru Bahasa Inggris. Si guru Bahasa Inggris pun ngomel2 via sms ke saya. Untung gurunya cantik, jadi na saya masih bisa agak sabar nanggapin na :) (Mohon maap lantaran ngomong gini maklum masih bujangan mode). Ya saya bilang kepada si guru Bahasa Inggris, bukankah kejadian tersebut sudah saya peringatkan sebelumnya, bahwa hal tersebut sangat mungkin sekali terjadi? Dan kemudian perihal si guru Bahasa Inggris yang ngomel2 lantaran gak ada peserta kursus yang hadir, saya kasih tau pula kepada si ketua kelompok kursus. Si ketua kelompok kursus hanya bisa merasa bersalah. Setelah itu.. menyesal (seperti penyesalan orang yang biasanya menyesal belakangan lantaran lengah). Apakah saat itu saya menyesal pemirsa? Jengkel seh iya. Tapi klo menyesal, insya Alloh saya sudah menyerahkan permasalahan kepada Yang Maha Kuasa setelah.. saya melakukan hal yang menurut saya memang perlu untuk saya lakukan..

Nasabah Century Pada Dasarnya Juga Bertanggungjawab

Monday, April 5th, 2010

Klo para nasabah dari Century mau mengakui dari hati kecil mereka yang paling dalam, saya rasa mereka akan mau mengakui bahwasanya mereka turut bertanggungjawab atas kerugian yang mereka derita. Pasalnya banyak dari mereka menjadi nasabah lantaran tergiur keuntungan yang ditawarkan oleh pihak Century. Padahal seharusnya mereka sangat layak untuk curiga tatkala keuntungan yang ditawarkan terlampau tinggi ketimbang keuntungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang lain. Yang keblinger lagi adalah.. setidaknya ada dua perusahaan BUMN yang juga menjadi nasabah Century. Yaitu PT. Telkom dan PT. Jamsostek. Trus lebih lucu lagi, menteri BUMN sendiri gak tau klo tuh dua BUMN menjadi nasabah Century. Parah kan pemirsa? Tapi ya begitulah keadaannya. Seperti yang sudah saya bilang, kebanyakan orang di negeri impian ini gak pandai matematika kali ya. Ingin untung cepet, asal modar di masa yang akan datang, peduli amat! :)

Otonomi Daerah Tidak Menjadikan Pemerintah Daerah Lebih Bertanggungjawab

Monday, April 5th, 2010

Mungkin pernyataan judul artikel ini keras kali ya. Tapi emang bener kan ya? Coba perhatikan.. dari 33 propinsi, hanya 4 propinsi yang menyerahkan denah tata kelolanya ke pemerintah pusat. Yang sisanya ngapain coba? Klo kata orang2 di negeri impian tuh.. asal punya duit buanyak, beli aja tanah sebanyak-banyaknya. Tokh gak ada yang ngatur kan? Sebenernya bukan lantaran gak ada yang ngatur, melainkan penyelenggara pemerintahannya yang gak bener menurut saya.

Pemberdayaan Masyarakat Ala Keblinger

Monday, April 5th, 2010

Baru2 ini saya dengar melalui suatu media massa bahwa daerah Lampung dijadikan semacam pilot project untuk memberdayakan masyarakat dalam menangani banjir bila musibah tersebut terjadi. Bagus seh menurut saya. Sepertinya.. maksudnya baik. Cuma menurut saya agak keblinger. Pasalnya, berkesan pemerintah, khusunya pemerintah daerah tuh melulu menuntut masyarakat menurut saya. Mengapa tidak mulai dari pemerintahnya dulu yang menerapkan tata kelola daerahnya secara baik. Baru kemudian klo masih juga terjadi bencana, barulah masyarakatnya diberdayakan. Lah wong tata kelolanya aja ngawur gak karuan, ya sudah pasti musibah kayak banjir bakalan jadi TRADISI. Lalu sampai batas mana kemampuan masyarakat melulu harus diberdayakan? Seharusnya bila mau agak adil, ya pemerintah ngasih insentif donk ke masyarakatnya. Jangan berkesan melulu menuntut.

Yang Mengikuti Trend Alias Gaya Hidup

Monday, April 5th, 2010

Banjir yang terjadi, dari tahun ke tahun berikutnya menunjukkan trend semakin meningkat. Klo orang yang tidak mengikuti trend alias gaya hidup, bila ditanya “Kapankah banjir terparah?”, maka jawabannya adalah “Tahun ini adalah banjir terparah!”. Tapi klo orang yang mengikuti trend alias gaya hidup ditanya “Kapankah banjir terparah?”, maka jawabannya adalah “Tahun depan insya Alloh adalah banjir terparah!”.

Sekolah Artis di Jawa Barat

Monday, April 5th, 2010

Kalo saya lagi naik angkot untuk pergi ke kampus, terus mendengar ibu-ibu di angkot lagi bincang-bincang, mereka suka membicarakan kalo SDN Dayeuhkolot tuh sekolah artis. Hmmm.. Ternyata keren juga ya SDN Dayeuhkolot itu.

NB: Maksudnya sering kebanjiran gtoh looohhh.. Makanya jadi sering masuk TV :)