Archive for January, 2017

Antara Keinginan dan Cinta

Tuesday, January 31st, 2017

Alkisah masa lalu, seorang ilmuwan ternama bernama Plato, bertanya kepada salah seorang muridnya tentang bagaimana membedakan antara keinginan (atau nafsu) dan cinta. Sang murid yang tidak mengerti, menjawab bahwa ia tidak mengerti bagaimana menjawab pertanyaan sang guru.

Plato kemudian berkata, “Carilah sebatang kayu yang menurutmu adalah yang terbaik dari yang terbaik!”.

Lalu sang murid pun pergi menuruti titah sang guru untuk mencari sebatang kayu yang dianggapnya terbaik dari yang terbaik. Alhasil sekembalinya sang murid, ia kembali ke hadapan sang guru dengan tangan hampa. Plato kemudian bertanya tentang alasan mengapa sang murid kembali dengan tangan kosong. Sang murid menjawab, “Setiap kali saya menemukan batang kayu yang saya anggap terbaik, selalu saja saya menemukan batang kayu lainnya yang ternyata saya anggap lebih baik. Sampai akhirnya saya menyerah untuk mencari sebatang kayu yang saya anggap terbaik dari yang terbaik”.

Plato kemudian berkata, “Ketahuilah, itulah keinginan!”.

Plato kemudian menyuruh muridnya, di keesokan harinya, untuk kembali mencari sebatang kayu yang dia anggap terbaik, sesuai dengan selera hatinya sendiri. Alhasil sang murid kembali sambil membawa sebatang kayu yang ia anggap sebagai batang kayu yang terbaik menurut selera dirinya. Plato pun bertanya alasan mengapa sang murid memilih batang kayu tersebut. Sang murid pun berkata, “Sebenarnya saat saya memilih batang kayu ini, ada batang kayu lainnya yang sepertinya lebih baik. Namun karena menurut hati saya ini sudah cukup memenuhi selera saya, saya pun memilih untuk membawa pulang batang kayu ini”.

Kemudian Plato pun berkata, “Wahai muridku, ketahuilah.. bahwa itulah cinta..”.

Memanusiakan Manusia

Sunday, January 1st, 2017

Yang menarik dari manusia adalah kepemilikannya atas akal dan juga nafsu. Manusia memiliki keinginan lantaran nafsunya. Secara naluri enggan diperlakukan layaknya benda mati, seperti halnya cyborg. Dengan akalnya, manusia dapat berpikir agar nafsunya dapat direalisasikan melalui cara-cara yang sistematis. Namun apakah hanya dengan adanya akal dan nafsu tersebut manusia bisa dibedakan dengan benda mati, seperti cyborg misalnya?

Cyborg

Akan lebih mudah memanusiakan seorang manusia bila kita sama-sama mencoba memulai dari sebuah pertanyaan, yaitu mengapa manusia diciptakan di muka bumi ini.

Bisa jadi pekerjaan yang ada di dunia, yang semula dikerjakan oleh manusia, dengan kemajuan teknologi, dapat saja digantikan dengan robot. Namun, bisakah ibadah yang sifatnya ubudiyah digantikan oleh robot? Misal, bila manusia merasa lelah, kemudian dia memprogram sebuah robot agar menggantikan dirinya untuk sholat. Sepertinya, hal ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh robot. Sebab, secara esensi, ada nafsu di dalam hati manusia yang tidak akan dapat memungkiri bahwa ia belumlah menunaikan kewajibannya untuk sholat, meski sudah memprogram suatu robot untuk sholat. Ada sesuatu yang tidak bisa dipungkiri di dalam hati kecil seorang manusia bahwa ia memiliki pencipta.

Akhir kata, inti dari memanusiakan seorang manusia, bermula dari alasan mengapa ia diciptakan. Yaitu menyembah Rabb Yang Maha Esa.

Semoga mendapat hikmah dan pelajaran.