Archive for February, 2015

Hikmah Berbagi, Menjadi Relawan Kelas Inspirasi Bandung

Saturday, February 28th, 2015

Dengan segala kesibukan saya, termasuk dalam menjalani rutinitas saya dalam bekerja, sesungguhnya selalu ada keinginan untuk berbagi. Berbagi yang murni berbagi, bukan berbagi lantaran ada kepentingan di balik itu, seperti adanya pesan-pesan sponsor.

Pada akhirnya, saya bergabung dengan Komunitas Kelas Inspirasi Bandung, untuk bisa mengaktualisasikan keinginan saya untuk berbagi. Sebuah komunitas yang mengusung tema tentang bagaimana orang-orang yang telah memiliki profesi, membagi cerita dan pengalamannya dalam menjejaki profesinya masing-masing. Dengan harapan, generasi penerus selanjutnya dapat terinspirasi, agar dapat mengikuti jejak mereka, atau bahkan lebih daripada itu.

Saya sendiri sebagai seorang dosen, memiliki tiga fungsi dalam pekerjaan saya. Yaitu sebagai peneliti, sebagai pengajar dan juga sebagai konsultan. Begitu selalu saya menjelaskan, tatkala memberi inspirasi kepada anak-anak di SDN Kacapiring, Bandung yang saya kunjungi.

Ada yang menarik tatkala saya bertanya kepada anak-anak yang saya beri inspirasi. Yaitu tatkala saya menanyakan tetang ketiga fungsi yang tertera dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Dari ketiga fungsi tersebut, yang paling banyak diminati oleh anak-anak adalah dosen sebagai peneliti. Kedua adalah dosen sebagai pengajar. Sedangkan yang paling sedikit adalah dosen sebagai konsultan.

Kelas Inspirasi Bandung Angkatan Ketiga

Ada dua hal yang bisa saya ambil hikmahnya dari apa yang saya alami selama saya menjadi Relawan Kelas Inspirasi Bandung. Yang pertama, sebenarnya anak-anak tersebut sudah memiliki keinginan yang besar untuk maju secara akademis. Hanya tinggal apakah para penguasa negeri ini dapat memberi fasilitas yang memadai bagi mereka untuk maju atau tidak. Yang kedua, saya bersyukur karena Alloh SWT yang telah memberikan nikmat begitu banyak kepada diri saya. Yang terkadang, saya baru menyadari hal tersebut, manakala saya melihat ke bawah dan bukan melihat ke atas.

Semoga kita menjadi bangsa yang pandai bersyukur.

Kelas Inspirasi Bandung Angkatan Ketiga

Berhenti Dulu Menulis di Kompasiana

Sunday, February 22nd, 2015

Hampir saja saya mengatakan, “Selamat tinggal Kompasiana!”.

Tentu saja hal ini memiliki sebab. Sebab utamanya adalah lantaran Kompasiana, yang diusung Kompas ini, makin lama loading page-nya semakin berat saja. Sebenarnya saya sudah memberi saran agar Provider atau Admin Kompasiana tidak terlalu membebani laman miliknya dengan berbagai program javascript, mengingat javascript sangat memakan resource. Sesungguhnya saya juga tidak terlalu keberatan bila pada akhirnya Kompasiana ini dipasangi berbagai iklan. Sebab, keinginan saya menulis lebih pada ingin berbagi kepada sesama, dengan harapan agar bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju dan beradab. Namun sayangnya, pemasangan program-program javascript dari para sponsor, untuk keperluan menghitung metrik, maupun untuk tracking, pada akhirnya akan membebani laman, terutama saat loading. Sehingga bila terlalu banyak, maka akan menimbulkan masalah, seperti waktu loading yang terlalu lama yang melebihi ambang psikologis pembaca untuk membuka laman tersebut.

Kompasiana Loading Page Performance

Jadi, kelakuan Provider Kompasiana ini seakan memiliki kemiripan dengan kelakuan para provider telekomunikasi negeri ini. Awal mulanya saya sebagai user, dibuat sangat senang dengan adanya tema yang mengusung jurnalis warga. Namun ketika sudah naik daun, pada akhirnya, layanannya pun menurun. Keuntungan sesaat mengalahkan khittah untuk mengangkat semangat jurnalisme.

Sepertinya, konsep kebersamaan yang diusung masih berbunyi, “Bila Anda suka silakan tinggal, bila Anda tidak suka silakan pergi”. Jadi bunyinya masih belum, “Adakah saran dari Anda agar kita bisa maju bersama?”. Sepertinya, sang provider masih belum paham maksud dari syair yang saya tulis, yang berbunyi, “Tatkala Yang Maha Esa menyempurnakannya, maka sempurnalah ia”. Pada akhirnya, kepentingan jangka panjang seperti terkalahkan oleh kepentingan jangka pendek.

Bukan saya hanya mau berjuang sendirian. Namun ada hal-hal yang berkaitan dengan konsistensi juga keikhlasan yang menjadi hal yang sangat mendasar untuk memperjuangkan yang benar. Saya sampai sekarang masih memegang konsep, yang mana bila tidak bisa banyak, lebih baik sedikit, asal ikhlas. Bila tidak bisa sedikit, lebih baik diam asal ikhlas dan tidak membuat kerusakan yang telah terjadi semakin bertambah-tambah. Alloh SWT Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati.

Kormakyu Loading Page Performance

Pada akhirnya, sekali lagi, tatkala Yang Maha Esa menyempurnakannya, maka sempurnalah ia. Sesungguhnya kemenangan hanyalah sebuah izin dari Alloh SWT. Bukan lantaran kekuasaan kita untuk memenangkannya.

Semoga Kompasiana segera berbenah diri, agar saya bersedia kembali menulis di sana.

Salam Kompasiana!