Archive for August, 2012

Puasa Itu 28 Hari? :)

Saturday, August 18th, 2012

Menarik tatkala pemerintah negeri impian hendak menentukan awal 1 Ramadhan. Karena ada yang mengatakan bahwa 1 Ramadhan jatuh tanggal 20 Juli 2012, ada juga yang mengatakan jatuhnya tanggal 21 Juli 2012. Saya gak akan mengatakan bahwa saya mulainya tanggal 20 atau 21. Tapi yang ingin saya katakan adalah.. daripada saya denger “katanya-katanya-katanya..” pada akhirnya menjelang penetapan 1 Ramadhan tersebut saya nonton aja perdebatan antar para ulama di TV. Padahal saat itu boleh dibilang saya udah agak2 ngantuk2. Maklum.. kebiasaan dari kecil gak suka begadang. Boleh dibilang pada akhirnya saya termasuk yang berbahagia karena memilih berpuasa pada tanggal 1 Ramadhan berdasarkan pengetahuan yang menjadi tanggung jawab saya sendiri. Gak ikut-ikut. Sampe2 saya bilang ke keluarga saya di Jogya (karena kebetulan saat awal Ramadhan saya masih di Jogya), bahwa saya melakukan ini bukan karena saya pengikut “aliran lurus atau pun sesat”.

Cuma yang kasian seh, yang awal puasanya tanggal 21 Juli 2012, sedangkan lebarannya tanggal 19 Agustus 2012. Itu teh.. perasaan masih 28 hari lah yauw. Berarti masih perlu mengganti sehari karena puasanya.. kurang sehari :) Bener kan ya? :)

Mungkin saya salah kali ya :) Mungkin yang bener adalah.. asal bisa nyalain petasan :)

Niat Pada Akhirnya Yang Menentukan

Saturday, August 18th, 2012

Saya sebenernya boleh dibilang pembenci Facebook. Atau setidaknya ogahlah yang namanya buka2 Facebook. Sebagai orang yang gak doyan Facebook, cukup kaget tatkala ada tulisan yang menyatakan bahwa cowok yang gak suka gaul di Facebook adalah ciri cowok yang suka punya wanita idaman lain. Tapi lucunya, menurut survey, selingkuh pada jaman sekarang, paling banyak di-trigger oleh yang namanya.. Facebook.. Mana pernyataan yang benar? Bingung kan? :)

Ada juga kasus yang mirip2 kondisi di atas. Saat ceramah menjelang taraweh, dikasi tau bahwa ada ustad yang bilang bahwa tidurnya orang yang berpuasa atau beritikaf adalah berpahala. Tapi ada juga ustad yang lain bilang, klo pahala tidak akan dicatat klo seseorang dalam keadaan tidak sadar. Salah satu kondisi yang memenuhi hal tersebut adalah.. tidur. Bingung kan? Mana yang bener mana yang salah neh? :)

Klo saya seh ambil prinsip santay aja. Maklum orang awam seh. Pokoke tergantung niat ajahhh. Klo tidur diniatkan untuk ibadah, biar gak sakit, biar ibadah na makin ter-manage dengan baik, jadilah tidur itu ibadah. Tapi klo tidur niatnya biar puasa gak batal alias tidur biar pas bangunnya tinggal buka puasa, nah yang kayak gitu mah saya kembalikan ke yang bersangkutan deh.. no comment ajahhh.

Jadi gtu aja ya. Gimana caranya supaya tau niat seseorang baik atu jelek? Gampangnya.. belah aja dada orang itu, trus diliat di jantungnya apakah ada tulisan baik atau buruk? Klo gak yakin bakal muncul tulisannya, jangan pernah tuh ngebelah dada orang :)

Mendidik Dalam Semenit

Saturday, August 18th, 2012

Bila seseorang dididik materialistis, selama puluhan tahun.. Kemudian ada yang berharap agar orang tersebut bisa diubah dalam “semenit”, supaya jadi orang yang menghargai moral.. Kira-kira bisa gak?

Saya yakin bisa-bisa aja seh :) Cuma butuh sesuatu yang benar2.. mengguncangkan jiwa orang itu.. agar ia pada akhirnya menghargai apa yang disebut dengan kata.. “M-O-R-A-L”.. Mau tau misalnya apa? Misalnya, mati siri kali yak.. trus dikasi liat siksa kubur tuh kayak apa.. trus dihidupin lagi. Coba deh kalo bisa. Jangan tanya saya gimana caranya. Saya sendiri juga gak tau. Apalagi klo disuruh merubah perangai orang dalam semenit. Emangnya hipnotis apahhh???

Apa Makanan Favorit Saya?

Tuesday, August 14th, 2012

Pernah saya ditanya mengenai makanan favorit saya? Kepikiran tuh makanan yang enak-enak. [Cuman saya nulis artikel ini bukan karena mikirin buka puasa yah. Cuma mencoba merenungi sebuah pertanyaan dari sesuatu yang mendasar. Apa makanan favorit saya]. Cuma kalo pertanyaannya diubah sedikit jadi.. apa makanan yang ingin saya makan tatkala menjelang ajal saya? Ternyata jawabannya berbeda banget dengan bayangan saya. Saya cuma ingin makan nasi yang renyah barang sejumput plus tahu yang lembut. Dah itu aja. Bingung kan?

Saya pernah menonton sebuah film fiksi tentang pertandingan antar chef. Chef boleh dibilang adalah gelar untuk seorang pakar di bidang masak-memasak. Banyak ujian yang dilalui oleh sang chef ini untuk meraih gelar master di bidangnya. Sampai akhirnya tibalah pertandingan yang paling menentukan. Pertandingan final menentukan sang juara. Tiba-tiba ia seperti kebingungan, mengenai apa yang ingin ia olah untuk disuguhkan dalam pertandingan yang sangat menentukan tersebut. Lama ia berdiri termenung sambil memejamkan mata mengenai apa yang ingin ia masak. Sedangkan lawannya telah hampir selesai dalam menyelesaikan masakannya.

Akhirnya sang chef sampai pada pertanyaannya yang paling mendasar.. apa makanan yang membuat semua rakyat saya bahagia memakannya? Apa makanan yang menjadi simbol kebahagiaan rakyat saya? Jawabannya ternyata adalah sup dari olahan daun sawi. Akhirnya dengan keyakinan yang sangat besar untuk memenangkan pertandingan tersebut, ia mengambil bahan-bahan untuk membuat olahan sup dari daun sawi tersebut. Sepertinya sederhana.. tapi sesungguhnya tidaklah sesederhana dengan apa yang dilihat kasat mata.

Pada saat penilaian, semua juri yang memakan daun sawi dari sup olahan sang chef seperti terkejut. Mungkin rasanya enak atau.. lebih kepada mengingatkan mereka akan sesuatu yang sangat dalam di bathin mereka. Terlebih tatkala meminum kuah sup tersebut. Semua juri seperti berubah posisi seperti bersemedi, diam seribu bahasa dengan mata terpejam. Lamaaaaaa sekali. Tentulah pemirsa tau siapa pemenang dari kisah ini bukan?

Kadang saya mencoba menjawab lagi pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan saya dengan jawaban yang sederhana namun mendasar. Apa makanan favorit saya? Mungkin jawabannya ada pada gambar berikut ini kali ya :)

mie-instan

Yang jelas makanan ini pernah membuat saya survive tatkala negara ini terguncang krisis moneter. Suatu kondisi yang pernah membuat saya hanya makan sekali sehari saja, itu pun bukan dengan lauk yang boleh dibilang.. “lauk sangat biasa”. Dan saya yakin banyak orang yang pernah merasa tertolong oleh makanan ini. Sampai-sampai saya pernah bergumam pada diri saya.. harusnya pencipta mie instan ini diberikan hadiah nobel kali ya. Seperti Muhammad Yunus yang pernah menciptakan makanan chicken nugget agar rakyatnya di Pakistan bisa survive dengan gizi yang lebih baik, sehingga para balitanya tidak terancam memiliki IQ yang jongkok.

Bagaimana pemirsa? Apa Anda setuju? :)

Hanya Mencoba Menjawab Pertanyaan

Tuesday, August 14th, 2012

Awal-awal Ramadhan saya sowan ke Jogya. Untuk bertemu Bu De dan Pak De dan keluarga yang ada di Jogya. Selama di Jogya.. biasanya tuh Om sama Tante saya suka seperti mengkritisi apa yang saya lakukan. Maklumlah.. namanya juga Om dan Tante. Apalagi Bu De. Yang namanya Bu De kalo uda cerita, saya seperti harus mengangguk-angguk kepala, bisa dari pagi sampe sore nemenin dia ngobrol kali ya :)

Beberapa pertanyaan kurang lebihnya saya cuplik beserta jawabannya. Namun gak sama persis seh dari “cara bertanya” dan “cara menjawabnya”. Cuma inti pertanyaan dan jawabannya adalah kurang lebih sama.

Q: Neh minum asem kunyit biar badan kamu gak bau!
A: Saya setiap hari uda pake deodorant plus minyak wangi. Insya Alloh badan saya gak bau-bau banget

Q: Kamu olahraga biar gak gemuk!
A: Klo lagi gak puasa, biasanya saya 3 kali seminggu ke gym untuk fitness

Q: Lari sore gitu. Jangan sekedar fitness!
A: Klo lagi fitness dan Om liat saya, saya tuh boleh dibilang lari bisa berkilo-kilo

Q: Makannya dikurangi!
A: Saya baru-baru ini menjalankan program diet. Pagi sama sore hanya makan lauk tanpa nasi

Q: Klo bawa handuk yang besar donk! Abis mandi jangan pake handuk sekecil itu!
A: Ini handuk cuma karena saya sebagai musafir maka saya bawa yang ini. Hanya untuk kepraktisan. Bukan biasanya saya abis mandi hanya handukan dengan handuk sekecil ini

Kadang saya suka mikir.. sebenernya pertanyaan-pertanyaan semacam itu bukanlah pertanyaan yang mesti saya jawab. Meski saya hanya mencoba menjawab. Karena saya tau apa yang saya harus lakukan. Kayak-kayaknya seh.. Om saya tuh agak-agak jengkel kenapa saya gak kawin-kawin. Jadi nyuruh saya dandan sebaik mungkin agar cepet dapet jodoh. Cuma klo Alloh SWT belum mengijinkan.. saya mo bilang apa coba?

Pemirsa.. saya pernah percaya seratus persen kepada sepupu saya untuk dinikahkan kepada seorang gadis yang.. tampangnya saya gak pernah tau sama sekali. Pernah sekali-sekalinya dalam seumur hidup saya, saya melakukan hal tersebut. Karena ya itu tadi.. saya percaya kebaikan hati sepupu saya tersebut. Lalu apa yang terjadi? Saya ditolak tuh.

Klo pemirsa jengkel pula sama saya karena saya gak kawin-kawin.. dan ingin memasangkan gelar laki-laki “kurang baik” kepada saya.. baca dulu dua paragraf sebelum ini. Biar.. JELASSSSSS!!! :) [No Hard Feeling Mode]

NB: Sebenernya gak perlu saya jawab kan pertanyaan tersebut? :)

Merugikan Diri Sendiri

Monday, August 6th, 2012

Suatu hari ada mahasiswa perwalian saya yang berencana mengambil COOP. Saya bertanya mengapa dirinya tidak mengambil KP? Lalu si mahasiswa menjawab bahwa COOP adalah gantinya KP. Saya bertanya balik, benarkah demikian? Si mahasiswa mengiyakan dengan sangat yakin. Lalu saya mengijinkan pengambilan SKS tsb. Namun ia harus bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan. Yang penting bagi saya adalah.. saya sudah mengingatkan.

Kira-kira setahun kemudian, si mahasiswa datang lagi kepada saya sambil meminta tolong mengenai kekurangan SKS-nya. Karena ternyata, COOP tidak diakui SKS-nya. Ya saya hanya menjawab, kalo kamu kekurangan SKS, ya aturannya adalah harus mengambil MK yang lain untuk menutupi SKS yang kurang. Misalnya mengambil MK pilihan.

Sewaktu sidang akademik, ada dosen bercerita tentang.. betapa dirugikannya si mahasiswa akibat kekurangan SKS-nya. Saya tau dosen ini bercerita tentang apa. Dan saya tau sekali klo si dosen ini tidak tau duduk perkaranya.

Dari cerita di atas, ada satu hal yang saya sesalkan. Si mahasiswa tidak bercerita dengan jujur tentang kronologis sebenarnya. Bahwa dirinya turut andil dalam “merugikan dirinya sendiri”. Saya tau siapa orangnya. Namun saya pesimis sifatnya berubah. Karena DARI DULU memang kelakuannya seperti ini. Bercerita hanya sebagian, menyembunyikan sebagian yang lain. Yang pada akhirnya menimbulkan fitnah di mana-mana.

Mungkin orang seperti ini berpikir bahwa ia telah menang dengan merugikan orang lain dengan kisah-kisah palsunya. Namun percayalah pemirsa. Orang ini.. sesungguhnya.. telah merugikan dirinya sendiri!

NB: Mencontoh orang yang bercita-cita jadi politikus kali ya