Posts Tagged ‘Bahagia’

Apa Makanan Favorit Saya?

Tuesday, August 14th, 2012

Pernah saya ditanya mengenai makanan favorit saya? Kepikiran tuh makanan yang enak-enak. [Cuman saya nulis artikel ini bukan karena mikirin buka puasa yah. Cuma mencoba merenungi sebuah pertanyaan dari sesuatu yang mendasar. Apa makanan favorit saya]. Cuma kalo pertanyaannya diubah sedikit jadi.. apa makanan yang ingin saya makan tatkala menjelang ajal saya? Ternyata jawabannya berbeda banget dengan bayangan saya. Saya cuma ingin makan nasi yang renyah barang sejumput plus tahu yang lembut. Dah itu aja. Bingung kan?

Saya pernah menonton sebuah film fiksi tentang pertandingan antar chef. Chef boleh dibilang adalah gelar untuk seorang pakar di bidang masak-memasak. Banyak ujian yang dilalui oleh sang chef ini untuk meraih gelar master di bidangnya. Sampai akhirnya tibalah pertandingan yang paling menentukan. Pertandingan final menentukan sang juara. Tiba-tiba ia seperti kebingungan, mengenai apa yang ingin ia olah untuk disuguhkan dalam pertandingan yang sangat menentukan tersebut. Lama ia berdiri termenung sambil memejamkan mata mengenai apa yang ingin ia masak. Sedangkan lawannya telah hampir selesai dalam menyelesaikan masakannya.

Akhirnya sang chef sampai pada pertanyaannya yang paling mendasar.. apa makanan yang membuat semua rakyat saya bahagia memakannya? Apa makanan yang menjadi simbol kebahagiaan rakyat saya? Jawabannya ternyata adalah sup dari olahan daun sawi. Akhirnya dengan keyakinan yang sangat besar untuk memenangkan pertandingan tersebut, ia mengambil bahan-bahan untuk membuat olahan sup dari daun sawi tersebut. Sepertinya sederhana.. tapi sesungguhnya tidaklah sesederhana dengan apa yang dilihat kasat mata.

Pada saat penilaian, semua juri yang memakan daun sawi dari sup olahan sang chef seperti terkejut. Mungkin rasanya enak atau.. lebih kepada mengingatkan mereka akan sesuatu yang sangat dalam di bathin mereka. Terlebih tatkala meminum kuah sup tersebut. Semua juri seperti berubah posisi seperti bersemedi, diam seribu bahasa dengan mata terpejam. Lamaaaaaa sekali. Tentulah pemirsa tau siapa pemenang dari kisah ini bukan?

Kadang saya mencoba menjawab lagi pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan saya dengan jawaban yang sederhana namun mendasar. Apa makanan favorit saya? Mungkin jawabannya ada pada gambar berikut ini kali ya :)

mie-instan

Yang jelas makanan ini pernah membuat saya survive tatkala negara ini terguncang krisis moneter. Suatu kondisi yang pernah membuat saya hanya makan sekali sehari saja, itu pun bukan dengan lauk yang boleh dibilang.. “lauk sangat biasa”. Dan saya yakin banyak orang yang pernah merasa tertolong oleh makanan ini. Sampai-sampai saya pernah bergumam pada diri saya.. harusnya pencipta mie instan ini diberikan hadiah nobel kali ya. Seperti Muhammad Yunus yang pernah menciptakan makanan chicken nugget agar rakyatnya di Pakistan bisa survive dengan gizi yang lebih baik, sehingga para balitanya tidak terancam memiliki IQ yang jongkok.

Bagaimana pemirsa? Apa Anda setuju? :)

Memaknai Kata Sejahtera

Friday, April 17th, 2009

Banyak orang ingin bahagia. Sampe2 salah seorang sahabat Rasulullah sebelum masuk Islam, tatkala ditawari oleh Rasulullah untuk masuk Islam, maka pertanyaan yang pertama kali muncul adalah.. kurang lebihnya “Apakah saya akan bahagia?” Bahagia di sini maksudnya adalah bahagia dengan menjadikan Islam sebagai dien yang ia yakini sebagai jalan hidupnya. Ketika sahabat tersebut meminta untuk berpikir selama 2 pekan, Rasulullah malah memberinya waktu selama 2 bulan. Hmm.. bahagia ya. Moga2 bila saya mencoba mendefinisikan kata bahagia ini artinya bukan.. “manakala orang lain menderita”. Sebenernya klo saya mencoba membahas bahagia itu sendiri, maka pemaknaan awalnya justru bukan berasal dari kata “bahagia” itu sendiri pemirsa. Tapi pemaknaannya dimulai dari kata “sejahtera”. Lantaran orang sejahtera, ato setidak-tidaknya “merasa” sejahtera, maka ia bahagia. Cuma apa itu sejahtera? Mari kita sama2 baca cerita berikut ini..

Tersebutlah suatu tempat di hutan belantara, hiduplah seekor burung mungil. Hidup bebas dengan segala apa yang ia bisa dapatkan dari hutan itu baik berupa makanan maupun minuman juga tempat tinggal. Sekilas ne burung kecil kasian juga pemirsa. Lantaran gak sedikit predator yang ingin memangsanya. Namun alhamdulillah dengan caranya sendiri, ia bisa mempertahankan diri. Suatu ketika tatkala si burung kecil ini melintas melalui sungai, ada beberapa manusia dengan perahu beserta perbekalan yang dibawanya melintasi hutan belantara tersebut melalui sungai. Sebuah kapal yang mewah tentunya. Si burung kecil melihat saat itu terdapat seekor burung kakak tua yang kakinya di rantai di tempat ia hinggap. Tatkala si manusia sedang tidak ada, entah lagi makan ato istirahat, si burung kecil mendekati si burung kakak tua. Terjadilah obrolan antara si burung kecil dengan si burung kakak tua. “Wahai kakak tua, betapa bahagianya dirimu dengan segala kesejahteraan yang Kau miliki” kata si burung kecil. Kakak tua pun menyahut “Wahai burung kecil, Engkau melihat kesejahteraan dari apa yang bisa Engkau lihat. Namun dirimu tidak mengetahui apakah benar diriku ini bahagia dengan apa2 yang aku peroleh berupa kesejahteraan ini. Diriku malah merasa dirimu adalah burung yang paling bahagia lantaran Engkau bisa bebas terbang ke mana pun Engkau mau” jawab si kakak tua.

Hikmah apa yang bisa Anda petik pemirsa? Dari obrolan antara si burung kecil dan si kakak tua tersebut? Klo Anda hendak memaknai mengenai kesejahteraan itu sendiri, memaknai suatu hal yang sangat mungkin membuat diri Anda bahagia, maka sejahtera sesungguhnya letaknya ada di.. dalam hati.. Pernahkah Anda melihat seorang yang berjuang dengan segala kesusahannya sampai2 bila kita melihatnya maka kita akan melihat betapa ia menderita. Namun orang ini menjawab bahwa ia bahagia dengan keadaannya lantaran.. ia telah memberi dengan apa yang ia bisa beri. Pernah dalam suatu training motivasi.. dikatakan oleh si trainer bahwa.. kebahagiaan sejati justru.. akan Anda peroleh manakala Anda bisa memberi.. dalam arti menjadi mahluk yang bermanfaat bagi mahluk lainnya. Bener gak seh pemirsa? Moga2 aja benar.

Apa Bisa Bahagia Dengan Cara Begini?

Thursday, April 16th, 2009

Saya mo nanya neh pemirsa. Tapi sebenernya saya gak butuh jawaban kali ya. Cuma butuh perenungan aja dari para pemirsa yang budiman. Jikalau, pemirsa memiliki istri yang cuanteeek jelita ato suami yang tuampaaan neee bikin cewe2 kesengsem. Tapiii.. semua temen2 dari istri ato suami pemirsa demen banget yang namanya.. bermuka nyinyir, berprasangka, ngiri, nyelekit, menghina, memfitnah. Apakah kira2 pemirsa yang budiman akan merasa bahagia dengan apa yang pemirsa peroleh? Gak sedikit loh orang cerai bukan lantaran suami ato istri na yang bermasalah. Namun gara2 mertuanya yang bermasalah. Bener apa bener pemirsa? Nah ini klo kejadian.. pagi dinyelekitin si A lalu siang dinyelekitin si B trus sore dinyelekitin si C. Klo kejadiannya tiap hari.. wess keren dah. Kayak makan tiga kali sehari.

Apa Saya Bisa Memilih? Dengan Bahagia?

Thursday, April 2nd, 2009

Kurang lebihnya, pernah suatu saat sebelum sahabat Rasulullah masuk Islam, tatkala ditanya oleh Rasulullah, apakah ia bersedia menerima Islam sebagai keyakinannya, maka sahabat tersebut bertanya “Apakah saya akan bahagia?”. Sebenarnya ini adalah juga pertanyaan yang selalu ada di dalam hati saya. Kapan-kapan saya mencoba mendefinisikan apa sih “bahagia” itu sesungguhnya? (Cuma gak janji, klo sempet aja nulisnya). Saat saya memilih bergabung dalam suatu kelompok, saya pun berharap agar.. kebahagiaan dapat diraih secara bersama-sama. Tentunya lebih baik ketimbang berusaha meraihnya sendirian. Namun tatkala kebanyakan dari anggota dalam kelompok itu seperti tidak komitmen terhadap ketetapannya sendiri, ini bisa menjadi suatu “masalah”. Akan ada korban.. mulanya hanya sebagai IRT alias Incident Response Team.. lama-lama jadi “tumbal”. Saya ingin mengatakan pendapat saya pribadi kepada pemirsa bila saya harus memilih dari semua partai yang ada.. bila masih diijinkan untuk tidak memilih alias golput tentunya.. saya akan memilih golput. Cuma setelah keluarnya fatwa haram MUI ya.. saya berusaha untuk memilih walau sebenarnya seakan-akan saya tidak tau sama sekali esensi dari mengapa saya harus memilih. Seakan tidak ada jalur sama sekali untuk memberikan sikap “mosi tidak percaya”. Saya senang sekali dengan pernyataan salah seorang rekan saya yang mengatakan.. bahwa ia akan golput. Namun tatkala saya bertanya apakah ia akan merasa berdosa melakukan itu. Ia menjawab bahwa ia “mengakui” bahwa ia berdosa lantaran menentang fatwa. Suatu yang saya rasa tidak akan dilakukan oleh seorang yang memiliki karakter main watak. Saya bertanya lagi kepadanya apa yang akan ia jelaskan mengenai pertanggungjawaban yang dilakukannya di akhirat kelak. Ia mengatakan bahwa ia merasa tidak mengenal orang-orang yang akan ia pilih. Ya wess.. semoga selamat dunia akhirat. Saya pun tidak berani berkata apa-apa apakah tindakannya salah atau benar. Namun apa yang dilakukannya adalah sama seperti apa yang akan saya lakukan bila saya memilih untuk golput. Namun saya masih berusaha untuk tidak golput. Bila pun saya harus memilih.. dan bila pun pemirsa sependapat dengan saya.. saya akan memilih partai Islam lantaran saya adalah seorang muslim. Bisa jadi meski saya tidak percaya terhadap mereka. Bahkan mungkin.. sekalipun mereka akan membinasakan diri saya dengan nyelekit-nya, pengusiran-nya, penghinaan-nya, fitnah-nya dan segala tindakan negatif lainnya. “Bila pun”.. saya mengajak pemirsa mari sama-sama sebagai seorang muslim kita memilih partai Islam, bukan berarti saya mengajak pemirsa untuk bisa mencapai kebahagiaan. Saya tidak berani memberi jaminan tentang kebahagiaan itu sendiri mengingat arti kebahagiaan bagi masing-masing orang adalah berbeda-beda. Bahkan mungkin ada yang mendefinisikan kebahagiaan itu adalah bila orang lain menderita walau ia tidak mau mengakuinya secara eksplisit. Bisa jadi dengan memilih partai Islam.. pemirsa akan malah semakin menderita dari penderitaan yang sudah pemirsa alami saat ini. Itu yang bisa saya katakan sehingga saya di sini tidak menjanjikan apa pun kepada pemirsa bilamana pemirsa memilih partai Islam. Namun ada hal yang perlu dicermati.. yaitu adanya sebuah syafaat. Namun syafaat hanya akan diberikan kepada yang terdefinisikan sebagai umat Rasulullah SAW. Masalah apa definisi umat itu sendiri biarlah pemirsa mencari tau sendiri itu apa. Kan banyak ulama atau “orang yang dianugerahi ilmu” yang bisa ditanya. Dan apakah saya berbicara mengenai partai Islam ini berarti menganjurkan pemirsa untuk memilih partai Islam? Saya meminta ijin untuk tidak menjawabnya. Dan meminta ijin untuk tidak menjelaskannya. Mohon maaf lahir batin. Namun saya meminta ijin untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan lantaran saya merasa itu benar. Untuk meyakini sesuatu itu benar saya mati-matian bertahan agar sampai kepada suatu hal.. yaitu mati husnul khotimah. Terlepas apakah “benar” yang saya yakini itu memang benar adanya. Karena bisa jadi kebenaran yang saya yakini adalah suatu hal yang salah menurut definisi pemirsa. Sama halnya saya mati-matian bertahan pada penderitaan untuk satu hal.. yaitu syafaat. Demikian lebih kurangnya.