Posts Tagged ‘Nyelekit’

Perawan Yang Sudah Tidak Perawan

Thursday, February 24th, 2011

Ini sebenarnya cuma istilah saja. Ada orang-orang tertentu yang karena ketidakpercayaan dirinya, atau lebih tepatnya.. memiliki mental hazard yang agak2 gak bisa dibenerin lagi, selalu berusaha mengganggu orang lain agar bisa ancur seperti dirinya.

Tau kan gadis yang udah gak perawan? Biasanya harganya udah jatoh. Nah, perawan yang udah gak perawan ini juga gitu seh. Jatohnya sebenernya bukan karena dianya emang jatoh. Cuman mental hazard yang dimilikinya yang membuat dia berada di level bawah. Orang seperti ini memandang dirinya keren. Tindakannya membuat orang jengkel. Becandanya membuat orang jengkel. Nyelekitnya membuat orang jengkel. Main wataknya membuat orang jengkel. Katanya dia seh keren.

Saya sendiri suka becanda. Tapi saya yakin orang yang becandanya KREATIF, pastinya tidak akan membuat orang jengkel. Yang terjadi malahan jadi semacam PERMAINAN yang menyenangkan. Atau juga PANTUN berbalas yang menyenangkan. Becanda ala BASI biasanya lebih cocok dilakukan oleh orang-orang yang sangat pantas memperoleh gelar.. KATRO!!!

Biasanya juga dilakukan oleh perawan yang udah gak perawan. Ya itu tadi. dia bilang dia keren. Dia bilang dia imut. Kalo saya bilangnya.. KATRO!!!

Saya Gak Tau Beliau Ada di Mana

Monday, June 21st, 2010

Suatu saat tatkala UAS alias Ujian Akhir Semester berlangsung, saya baru saja tiba di ruangan saya sehabis makan siang dan sholat dzuhur. Baru saja mo duduk di ruangan saya dan tiba2 ada mahasiswi berjilbab datang dan menanyakan kepada saya mengenai keberadaan rekan saya. Ya.. saya yang merasa baru aja tiba di ruangan, jelas gak tau dan saya jawab “Saya gak tau”. Artinya saya benar2 gak tau dan bukan lantaran “saya tidak mau tau” dengan pertanyaan si mahasiswi ini. Mungkin ne mahasiswi penasaran kali ya sama jawaban saya dan dia cek ruangan rekan saya. Ternyata kosong. Lalu sambil keluar ruangan dia ngomong begini ke saya “Ngajar kali Pak!”. Keren ya pemirsa. Kenapa saya bilang keren? Saya merasa ne orang ngomong gtu dengan maksud nyelekit. Karena saya tau bahwa saat itu udah gak ada kuliah lagi. Lah wong lagi UAS kok. Moga2 aja saya salah. Selidik punya selidik, ternyata ini anak kuliah ekstensi alias kelas malam, pernah magang di unit sistem informasi institusi dan baru aja lulus. Hmm.. pantesan.. dari attitude-nya udah keliatan. Ya wess.. klo gak nyelekit gak keren kali ya. Supaya ”dibilang” keren.. makanya.. nyelekit!

Kata “Bagus-Bagus” Itu Berarti Negasi Alias Menolak

Wednesday, August 5th, 2009

Suatu saat salah seorang rekan saya melanjutkan pendidikannya di S2. Akhirnya, saya pun sempat menggantikannya sebagai Kepala Laboratorium Perangkat Keras sebelum masa jabatannya berakhir. Selama saya menjabat, yang saya perhatikan tuh, sebenernya bukan karena laboratorium itu kesulitan berkembang. Namun lantaran secara manajemen, terlebih lagi manajemen karakter dari para asistennya tuh, agak2 sulit. Mungkin tipikal orang riset emang kayak gtu kali ya, lebih senang berinteraksi dengan benda mati ketimbang benda hidup, jadinya sulit sekali memanajemen.. terutama memanajemen terkait dengan knowledge ato pengetahuan yang dimiliki masing2 asisten. Sebenernya saya yakin yang namanya dana pengembangan lab tuh ada. Cuma.. ini cuma na. Biasanya dananya tuh lama banget turunnya. Ato cuma kebetulan kali ya. Cuma kebetulannya sering banget gicu loh. Sewaktu ada program baru yang dinamakan program PDI alias “penelitian dana internal”, saya menganggap ini sebagai kesempatan untuk membiayai sebagian keperluan lab. Yang saya inginkan saat itu adalah biaya training untuk para asisten. Namun bukan training terkait skill. Melainkan, training menyangkut personalitas terutama dalam hal “bekerjasama”. Itulah sebabnya model training yang saya pilih adalah outbound. Saya mengajak sekitar 3 orang saat itu dalam tim saya, sebagai anggota. Saya pun sudah menjelaskan mengenai “duduk perkara” sehingga diharapkan dengan penjelasan saya, mereka maklum bila kebagian “jatah” yang tidak sebesar yang seharusnya. Karena sebagiannya lagi rencananya akan saya gunakan untuk membiayai pelatihan outbound tersebut. Kebetulan juga saya sudah merencanakan event organiser mana yang akan jadi penyelenggara sehingga masalah pembiayaan pelatihan outbound itu bisa ditekan seminimal mungkin. Setelah saya menganggap semua oke. Tibalah saatnya mengadakan laporan antara untuk program PDI tersebut. Pada saat membuat laporan antara, saya merasa terjadi “insiden besar” menurut saya. Kenapa insiden besar? Karena saya merasa dikhianati.. oleh rekan saya sendiri (rekan seperjuangan gicu loh, jadi inget saat saya di organisasi impian jadinya). Tatkala saya menjelaskan mengenai “duduk perkara” sebelumnya, saya merasa rekan saya setuju dengan mengatakan “bagus-bagus”. Saya kira penjelasan saya sudah bisa ditangkap dengan baik. Namun.. ternyata, saat ada kewajiban menandatangani laporan antara, ia tidak mau menandatangani berita acara untuk laporan antara tersebut lantaran.. “jatah”-nya ia rasakan kurang. Akibatnya saya tuh kalo boleh dibilang “kerepotan luar biasa”. Belon lagi ada hacker o’on yang membuat imel saya yang berisi perdebatan antara saya dengan rekan saya tersebut.. bocor di milis sehingga tersebarlah go-sip yang bukan2 mengenai diri saya. Keren kan pemirsa? Untung saya punya rencana kedua meski tatkala menjalankannya saya tuh mesti kerepotan luar biasa. Tapi yang penting.. sekarang saya bisa tau setidaknya, ada orang yang tatkala ia berbicara, saya benar2 harus ekstra hati2 dalam mendefinisikannya. “Bagus-bagus” itu belumlah berarti menyetujui. Malah bisa jadi itu berarti penolakan. Sebenarnya ini akan “tidak bermasalah” manakala rekan saya mengatakan saja dengan kata “enggak”. Tokh insya Alloh saya juga tidak akan sakit hati. Dan tentunya kasus yang membuat saya sempat “kerepotan luar biasa” itu tak perlu terjadi. Ato mungkin yang begitu kali yang bener ya pemirsa. Saking pinternya sampe omongannya sendiri gak bisa dipegang. Dan lebih kerennya lagi adalah.. ama rekan sendiri diarahkannya.

NB: Bila orang bisa ”nyelekit”, bolehlah saya untuk ”menjelaskan”. (Bahkan meski orang melulu ”nyelekit”). Bila orang bisa ”merepotkan” saya, bolehlah saya untuk ”menjelaskan”. (Bahkan meski orang melulu ”merepotkan”). Saya rasa ini cukup adil. Bahkan sangat wajar sekali bila saya menempatkan diri pada posisi.. ”menjelaskan”

Begitu Ya Kelakuan Pejabat Kepolisian

Tuesday, June 2nd, 2009

Kebetulan kalo ini pengalaman saya saat berada di Banten, mungkin 2 tahun yang lalu, sehabis berkunjung ke salah seorang rekan wartawan, mengendarai mobil saya yang berwarna hijau tua, keluaran tahun 89, yang di dalamnya AC-nya dah gak dingin dan adanya adalah baling2 kipas angin (yang dibilang sebagai mobil yang terlalu berlebih-lebihan untuk dikendarai menurut sebagian orang, terlalu keren kali ya). Ada satu peristiwa yang saya gak bisa lupa saat itu. Saat saya mo keluar menuju jalan utama, dari arah berlawanan muncul mobil berwarna silver, kijang kapsul yang sepertinya masih sangat terawat. Saya pun memelankan jalan mobil saya dan bergeser ke sebelah kiri untuk memberi jalan mobil yang dari arah berlawanan agar ia bisa lewat. Tapi.. lucunya.. ne mobil tetap nyosor.. lurus.. seakan-akan minta dikasi lewat dan hampir saja ia menabrakan mobilnya ke mobil saya. Saat itu saya periksa posisi saya pemirsa. Dan di selasar kanan saya.. sebenernya masih muat untuk mobil plus satu motor. Artinya saya tuh udah bener2 ngasi jalan apalagi saya bergesernya udah mentok di sebelah kiri. Ne yang nyetir mobil kijang silver, o’on atau mab-ok ya? Pas saya perhatikan sepertinya pengendaranya adalah pejabat dari kepolisian dan di samping kirinya adalah istrinya. Ooo.. begitu ya kelakuan pejabat kepolisian di negeri impian. Hebatlah!!! [gedubrak mode] (Ditulis 17 Maret 2009)

Garuk-Garuk Kepala Seperti Gorila

Monday, April 27th, 2009

Suatu hari, setelah masa pilpres berakhir.. dan terpilih seorang presiden di negeri impian, ada seorang rival yang kalah dalam pilpres tersebut diwawancarai mengenai pendapatnya. Hmm.. menarik pemirsa, karena rival yang kalah bertarung ini menyatakan kepesimisannya bahwa presiden yang terpilih akan mampu menyelesaikan permasalah ekonomi yang demikian berat. Malahan.. dengan nyelekit ia menggambarkan sosok presiden terpilih yang berbadan besar, akan garuk-garuk kepala, mirip seekor binatang yang ada di kebun binatang.. alias Gorila. Dan kerennya lagi pemirsa, para anak buah calon yang kalah ini tertawa terbahak-bahak. Kesan yang saya dapat saat itu, ne pemimpin sudah kent-**, trus suara kent-**-nya ditepokin dan disorakin supaya semakin keras. Benar-benar menyedihkan.. Tulisan ini hanya mengingatkan apa yang pernah terjadi. Sehingga dengan demikian seseorang setidaknya.. apalagi pemimpin.. harus bertanggung jawab atas apa yang pernah ia nyatakan. Betul kan pemirsa? (Ditulis 14 Maret 2009)

Apa Bisa Bahagia Dengan Cara Begini?

Thursday, April 16th, 2009

Saya mo nanya neh pemirsa. Tapi sebenernya saya gak butuh jawaban kali ya. Cuma butuh perenungan aja dari para pemirsa yang budiman. Jikalau, pemirsa memiliki istri yang cuanteeek jelita ato suami yang tuampaaan neee bikin cewe2 kesengsem. Tapiii.. semua temen2 dari istri ato suami pemirsa demen banget yang namanya.. bermuka nyinyir, berprasangka, ngiri, nyelekit, menghina, memfitnah. Apakah kira2 pemirsa yang budiman akan merasa bahagia dengan apa yang pemirsa peroleh? Gak sedikit loh orang cerai bukan lantaran suami ato istri na yang bermasalah. Namun gara2 mertuanya yang bermasalah. Bener apa bener pemirsa? Nah ini klo kejadian.. pagi dinyelekitin si A lalu siang dinyelekitin si B trus sore dinyelekitin si C. Klo kejadiannya tiap hari.. wess keren dah. Kayak makan tiga kali sehari.

Gak Nyelekit, Namun Bermuka Nyinyir

Wednesday, April 15th, 2009

Apa bedanya? Bener gak pemirsa? Mungkin si Muka Nyinyir menyangka dia “gak nyelekit” dengan bersikap seperti itu. Kalo saya bilang seh.. gak ada bedanya. Okeh deh langsung crita aja. Satu saat saya lagi mabit pada acara pengajian institusi. Mabit tersebut diadakan di daerah Cinunuk. Sore harinya, sebelum maghrib, diadakan ceramah di mesjid. Materinya saat itu seputar wudhu, tayamum dan mandi junub. Cuma saat itu tepat berhadapan di depan saya, ada bapak-bapak yang kayaknya dari tadi ngeliatiiin mlulu. Cuma kayak na ngeliatinnya pake pasang muka nyinyir gtu loh. Ya saya berhubung gak merasa bersalah apa2, ya cuek aja. Sesekali ngobrol dengan teman saya yang duduk di sebelah kanan. Tapi ne muka si bapak ini kok gak brubah2 ya ampe senewen saya ngeliatnya. Jadi kagak konsen dengerin ceramah. Lalu saya iseng aja nengok ke kanan dengan maksud mo ngobrol aja ama temen saya daripada senewen. Tapi pas saya nengok ke kanan kali ini tanpa sengaja saya ngeliat salah seorang akhwat yang ada saat itu, yang pake mukena warna pink. Kaget banget euy. Kenapa kaget pemirsa? Masalah na ne cewe cantik banget. Gak tau kali ada barang 0,5 detikan jantung saya serasa brenti berdetak. Daripada saya mati gara2 jantung gak jalan kan mending saya malingkan muka. Bener kan pemirsa? Ya itu tadi. Secepatnya saya malingkan muka karena saya malahan merasa “gak nyaman” gara2 kaget. Tapi spontan setelah malingkan muka, saya justru natap muka si bapak ini. Ya kali ini tentunya dengan tatapan yang tajam. Seakan ngasi tau “Apa ente bermuka nyinyir kepada saya gara2 ada si cantik di sini?” Terus terang pemirsa. Saya jadi agak2 sebel dengan peristiwa itu.

Trus lain lagi ceritanya pas saya jadi pedel. Pas usai penutupan sidang terbuka senat, saya ke ruang makan di lantai atas. Karena agak2 capek saya duduk di luar setelah makan. Soale klo duduk di dalem agak2 gerah rasanya. Pas duduk2 di luar, saya sepertinya kok melihat orang yang saya kenal ya. Akhwat gtu loh. Cuma saya agak2 kurang yakin lantaran ne akhwat pake pakaiannya gak seperti biasanya. Biasanya tuh, pakaiannya berkesan “lurus” dari atas sampe bawah. Kali ini tumben2 an make tutup kepala aja gak pake jilbab yang nutup leher. Trus pake celana panjang pula. Saya tuh terus aja ngeliatin, apa saya lagi salah liat orang ya. Tapi saat itu sepertinya ada rekan dosen lain yang kayak na memperhatikan saya sambil bermuka nyinyir gtu loh. Hmmmhh.. jadi mpet sayahh.. Langsung aja saya turun pas istirahatnya saya rasakan cukup, daripada jadi senewen.

Kontrak Politik Membebaskan Palestina

Tuesday, April 14th, 2009

Ada yang menarik menjelang pemilu 2009 di negeri impian pemirsa. Setidaknya melalui pemberitaan di media elektronik, sudah ada dua partai yang melakukan kontrak politik untuk “membebaskan Palestina”. Hmm.. suatu pernyataan yang mulia sekaleee.. menurut saya. Namun sebenernya saya masih bertanya-tanya pemirsa. Apa bener bisa ya? Lah wong, sama temen aja kesannya tuh lebih brani ketimbang sama musuh, ini sekarang mo mbebasin Palestina pula. Antara partai satu dengan partai lainnya aja udah saling “ngecengin”. Jangan2 belon sempet mbebasin.. udah pada.. bubarrr. Capeeek deeech..

Jadi Dosen Kasian Ya

Saturday, April 11th, 2009

Pas dilangsungkan wisuda taun ini, di institusi tempat saya bekerja, kebetulan saya ditunjuk sebagai Pedel.Dan karena hal tersebut pula akhirnya saya pun jadi bisa ikutan sidang senat terbuka saat wisuda berlangsung. Sebenarnya ada orasi ilmiah yang menarik saat itu. Sang orator menyampaikan agar para lulusan terutama lulusan S1 dan S2 untk jangan sungkan2 bila bermaksud mengambil keputusan untuk menciptakan unit bisnis sendiri. Cuma ada yang membuat saya kok.. agak merasa.. ne orator agak2 nyeleneh tatkala ia menyampaikan kurang lebihnya seperti ini “Jangan sampe ngelamar ke-mana2, trus gak ke-trima2, akhirnya hanya jadi dosen”. Hmmm.. kapan2 saya coba cerita deh penglaman saya mencari kerja sampe akhirnya saya memutuskan untuk bekerja di institusi ini. Seru deh pokoknya. (Tapi gak janji ya, klo sempet aja nulis na). Hmmm.. pemirsa, seandainya.. saya kenal banyak investor dari planet lain.. yang ada juga.. saya tuh.. bakalan sungkan untuk merekomendasikan kepada investor untuk berinvestasi di negeri impian ini. Masalahhnya sederhana aja (kan saya orang na sederhana alias biasa2 aja gtu loh), hanya karena permasalahan akhlaq. Saya rasa tindakan semacam itu lebih baik ketimbang harus mengalami kondisi.. membayar hutang dengan jalan berhutang yang lebih besar lagi. yang kayak bgini ini kan sering.. eh selalu kali ya.. terjadi di negeri yang bernama negeri impian. Klo di Indonesia gak kali ya. Kan Indonesia udah merdekahhh. Mungkin lantaran para petinggi yang ada di negeri impian ini memiliki akhlaq yang bagus. Tidak main watak.. tidak nyelekit.. tidak copy paste alias plagiat alias “Asal cepet jadi en Ane untung”. Tentunya petinggi2 semacam ini memiliki jiwa besar dan pinter2. Cuma klo sampe jago banget.. “dagang sapi”.. itu mah cuma kebetulan ajahhh..

Makan Na Kok Cepet Banget Seh?

Friday, April 10th, 2009

Suatu hari, saat jam makan siang tiba, saya bertemu dengan salah seorang dosen yang sudah berumur. Terus terang saya senang sekali bisa bertemu dengan orang ini. Karena orangnya, menurut saya sangat ramah, meski terlihat dari tampangnya, ia tidak se-etnis dengan diri saya. Setelah saya mengambil makanan, saya pun nimbrung di mejanya. Namun belum lagi waktu lama berselang, tiba2 salah seorang yang pernah ngomong tentang “urat kepala yang lepas” ikut nimbrung juga di meja makan saya. Hmmmhh.. langsung agak2 bete saya tuh di dalam hati. Yang ada saya jadi males ngomong. Dan karena saya jadi lebih banyak diam, yang terjadi saya makannya jadi cepet selesai. Begitu saya selesai makan, saya pun minta ijin untuk pamit keluar. Si Bapak sepertinya kurang senang dengan sikap saya yang kayaknya kok cepet banget selesai makannya. Ia pun bertanya kurang lebih “Kok makannya cepet banget seh?”. Saya cuma tersenyum aja dan tidak menjawab sambil pergi berlalu. Klo saat itu saya bisa jawab, inginnya jawabnya seh kayak bgini pemirsa “Soal na ada yang bilang urat kepala saya ada yang lepas Pak. nanti klo saya salah omong jangan2 malah otak saya yang dibilang lepas. Klo urat kepala ada yang lepas aja orang bisa jadi gila, lah bagaimana orang yang otaknya lepas. Yang ada mati donk”. Begicu pemirsa. Yang menarik dari orang yang “Katanyahhh” pinter di negeri impian ini adalah.. klo becanda seringkali becanda na “becanda fisik” pemirsa. Kayak orang yang gak bisa nemu bahan becandaan yang lain. Mungkin saking pinternya kali ya jadinya pada akhirnya jadi terlalu kreatif.