Posts Tagged ‘Go-sip’

Nonton Berita Sore Tapi Kayak Sedang Nonton Infotainment

Sunday, November 8th, 2009

Sempat sekitar sebulan yang lalu saya nonton berita sore tentang kasus Antasari Azhar. Kok lebih mirip infotainment ya ketimbang berita sore. Tapi maklum juga seh, namanya juga negeri impian. Yang namanya go-sip kan.. yang paling digemari masyarakat di negeri impian. Maklum pada demen nonton infotainment. Wartawan yang ngeliput paling juga wartawan infotainment kali ya. Ato redaksi yang nyaring juga adalah redaksi infotainment. Makanya cocoknya Antasari Azhar tuh jangan jadi ketua KPK. Tapi jadi artis aja. Jadi ngerti sekarang kenapa superhero macam Superman kagak mau diundang ke negeri impian. Kuatir seh soale klo pas nyamar jadi Clark Kent bakalan kecepretan go-sip. Wartawan baek2 tapi lingkungan gak baek kan lebih gampang kecepretan gak baeknya klo di negeri impian. Karena orang2 di negeri impian sangat kental dengan karakter gotong-royong-nya. Tul kan pemirsa? (Ditulis 3 Juni 2009)

Kata “Bagus-Bagus” Itu Berarti Negasi Alias Menolak

Wednesday, August 5th, 2009

Suatu saat salah seorang rekan saya melanjutkan pendidikannya di S2. Akhirnya, saya pun sempat menggantikannya sebagai Kepala Laboratorium Perangkat Keras sebelum masa jabatannya berakhir. Selama saya menjabat, yang saya perhatikan tuh, sebenernya bukan karena laboratorium itu kesulitan berkembang. Namun lantaran secara manajemen, terlebih lagi manajemen karakter dari para asistennya tuh, agak2 sulit. Mungkin tipikal orang riset emang kayak gtu kali ya, lebih senang berinteraksi dengan benda mati ketimbang benda hidup, jadinya sulit sekali memanajemen.. terutama memanajemen terkait dengan knowledge ato pengetahuan yang dimiliki masing2 asisten. Sebenernya saya yakin yang namanya dana pengembangan lab tuh ada. Cuma.. ini cuma na. Biasanya dananya tuh lama banget turunnya. Ato cuma kebetulan kali ya. Cuma kebetulannya sering banget gicu loh. Sewaktu ada program baru yang dinamakan program PDI alias “penelitian dana internal”, saya menganggap ini sebagai kesempatan untuk membiayai sebagian keperluan lab. Yang saya inginkan saat itu adalah biaya training untuk para asisten. Namun bukan training terkait skill. Melainkan, training menyangkut personalitas terutama dalam hal “bekerjasama”. Itulah sebabnya model training yang saya pilih adalah outbound. Saya mengajak sekitar 3 orang saat itu dalam tim saya, sebagai anggota. Saya pun sudah menjelaskan mengenai “duduk perkara” sehingga diharapkan dengan penjelasan saya, mereka maklum bila kebagian “jatah” yang tidak sebesar yang seharusnya. Karena sebagiannya lagi rencananya akan saya gunakan untuk membiayai pelatihan outbound tersebut. Kebetulan juga saya sudah merencanakan event organiser mana yang akan jadi penyelenggara sehingga masalah pembiayaan pelatihan outbound itu bisa ditekan seminimal mungkin. Setelah saya menganggap semua oke. Tibalah saatnya mengadakan laporan antara untuk program PDI tersebut. Pada saat membuat laporan antara, saya merasa terjadi “insiden besar” menurut saya. Kenapa insiden besar? Karena saya merasa dikhianati.. oleh rekan saya sendiri (rekan seperjuangan gicu loh, jadi inget saat saya di organisasi impian jadinya). Tatkala saya menjelaskan mengenai “duduk perkara” sebelumnya, saya merasa rekan saya setuju dengan mengatakan “bagus-bagus”. Saya kira penjelasan saya sudah bisa ditangkap dengan baik. Namun.. ternyata, saat ada kewajiban menandatangani laporan antara, ia tidak mau menandatangani berita acara untuk laporan antara tersebut lantaran.. “jatah”-nya ia rasakan kurang. Akibatnya saya tuh kalo boleh dibilang “kerepotan luar biasa”. Belon lagi ada hacker o’on yang membuat imel saya yang berisi perdebatan antara saya dengan rekan saya tersebut.. bocor di milis sehingga tersebarlah go-sip yang bukan2 mengenai diri saya. Keren kan pemirsa? Untung saya punya rencana kedua meski tatkala menjalankannya saya tuh mesti kerepotan luar biasa. Tapi yang penting.. sekarang saya bisa tau setidaknya, ada orang yang tatkala ia berbicara, saya benar2 harus ekstra hati2 dalam mendefinisikannya. “Bagus-bagus” itu belumlah berarti menyetujui. Malah bisa jadi itu berarti penolakan. Sebenarnya ini akan “tidak bermasalah” manakala rekan saya mengatakan saja dengan kata “enggak”. Tokh insya Alloh saya juga tidak akan sakit hati. Dan tentunya kasus yang membuat saya sempat “kerepotan luar biasa” itu tak perlu terjadi. Ato mungkin yang begitu kali yang bener ya pemirsa. Saking pinternya sampe omongannya sendiri gak bisa dipegang. Dan lebih kerennya lagi adalah.. ama rekan sendiri diarahkannya.

NB: Bila orang bisa ”nyelekit”, bolehlah saya untuk ”menjelaskan”. (Bahkan meski orang melulu ”nyelekit”). Bila orang bisa ”merepotkan” saya, bolehlah saya untuk ”menjelaskan”. (Bahkan meski orang melulu ”merepotkan”). Saya rasa ini cukup adil. Bahkan sangat wajar sekali bila saya menempatkan diri pada posisi.. ”menjelaskan”

Emangnya di Kantor Gak Ada Cuti?

Saturday, July 11th, 2009

Saat saya berobat ke dokter, saya sempat ngobrol2 dengan frontdesk-nya. “Ada obat tidurnya gak?” tanyaku. Frontdesk-nya menjawab “Ada”. Hmm.. saya pun mikir2 dan ngobrol dengan frontdesk-nya. Sebutlah yang menjadi frontdesk itu adalah Fulanah. Fulanah bertanya “Emangnya gak ada cuti ya di kantor”. Fulanah ini sepertinya bertanya kenapa kok saya sampe sering sakit dalam beberapa bulan ini. Sebenernya klo sakit seh baru sekarang kali ya. Artinya sakit yang beneran. Klo kemarin kayak na gara2 salah makan jadinya kena diare. Btw mendengar pertanyaan Fulanah ini saya tuh agak2 ingin tertawa di dalam hati. Kenapa saya tertawa pemirsa? Karena saya sering menjadi back-up rekan2 saya manakala mereka tidak bisa menangani suatu kasus. Sebutlah menguji misalnya. Jadi apa jadinya klo yang nge-back-up aja cuti? Lainnya lagi.. saya merasa go-sip di kantor tuh gampang menyebar sekali untuk hal2 yang blon tentu jelas duduk perkaranya. Sehingga sering saya mesti ber-capek2 menjelaskan mengenai duduk perkara yang sebenarnya. Jadi jangan heran untuk masalah sakit yang benar2 sakit, saya dicurigai tidak sakit. Sampe2 pernah muntah di ruang administrasi gara2 nahan rasa sakit. Keren kan pemirsa? Jadi untuk hal yang bener aja terkadang saya masih dipersalahkan. Maklum mungkin saya hidup di negeri impian kali ya. Klo di Indonesia Raya Merdekah Merdekah mah gak gtu kali ya. Intinya seh.. bila pun saya bermaksud ngambil cuti, harapannya, saya cuti di saat yang tidak mengganggu jalannya proses bisnis organisasi. Saya selalu berusaha untuk berpikir.. mengenai.. “Bagaimana caranya agar perusahaan tetap diuntungkan dengan keberadaan saya”. Btw denger2 ada satu lagi yang menarik neh. Menurut aturan akreditasi prodi (program studi) S1 yang baru, minimal tatap muka pengajaran di kelas harus di atas 95 persen. Kira2 bisa cuti gak ya? Kok saya ngerasa lucu dengan aturan akreditasi yang baru ini dalam arti.. mirip buruh amat yak. Lulusan S2 diperlakukannya jadi agak2 gak jauh beda dengan buruh jadinya. Hmm.. mungkin dosen2 harusnya juga bergabung di serikat buruh kali ya. Gicu deh ceritanya.

Testimoni Ala Ngibul

Monday, June 22nd, 2009

Pada saat ibu saya ulang tahun, kebetulan saya diberitahu rekan saya klo ia menjual produk2 suplemen. Maka dengan serta merta saya pun memesan suplemen untuk dihadiahkan kepada ibu saya. Sebutlah rekan saya tuh namanya Fulan A. Fulan A juga menawarkan madu kepada saya, namun berhubung saya merasa belum menginginkannya, maka saya pun tidak membelinya. Suatu hari datanglah rekan saya yang lain yang juga menawarkan madu kepada saya. Lalu saya katakan kepadanya bahwa saya lebih tertarik membeli suplemen ketimbang madu. Maka saya pun tidak membelinya. Sewaktu saya keluar ruangan, saya bertemu lagi dengan rekan saya yang menawarkan madu. Dia bertanya kepada saya, memangnya klo madu saya tuh maunya yang seperti apa, kurang lebih pertanyaannya begitu. Saya pun bilang kepada rekan saya tersebut, sepertinya bila saya ingin membeli madu, bisa jadi saya akan memesannya kepada Fulan A. Tiba2 rekan saya bilang, klo dia punya testimoni seperti ini “Fulan A, Fulan B dan Fulan C, klo membeli madu tuh, belinya ke saya”. Tersentak saya saat itu, kemudian bertanya di dalam batin, apa benar Fulan A yang pernah menawarkan madu kepada saya pada akhirnya membeli madu dari rekan saya ini? Hebat bener kesan pertama yang saya tangkap bila benar testimoni yang dikatakan rekan saya itu. Namun saya lebih suka membandingkannya lebih dulu ketimbang langsung memesan, maka saya pun bertanya “Boleh saya liat kemasannya kayak apa tulisannya?” Namun rekan saya bilang, dia lupa apa tulisan yang ada pada kemasannya. Lalu saya pun pergi berlalu lantaran saya merasa tidak memperoleh informasi yang saya perlukan. Namun.. pas Hari Sabtu, sewaktu saya bermaksud pergi ke dokter (lantaran saya kena batuk yang tadinya cuma pilek), saya bertemu Fulan A. Kebetulan suplemen saya habis dan saya kembali memesan kepadanya. Tanpa saya sadari, sore harinya Fulan A mengantarkan suplemen pesanan saya. Di sela2 saat saya ngobrol2 dengan Fulan A, saya bertanya kepadanya apa benar ia membeli madu dari rekan saya yang lain. Sebab dari testimoninya, bukan cuma Fulan A yang membeli madu kepadanya. Namun juga Fulan B dan Fulan C. Nah pemirsa, ternyata Fulan A bilang klo dia tidak pernah memesan madu kepada rekan saya tersebut. Nah loh.. yang bener yang mana neh. Fulan A ato rekan saya yang lain?

Benar Kata si Anu Ato si Una?

Wednesday, June 17th, 2009

Saat saya makan siang, kebetulan beberapa rekan saya berbincang-bincang masalah pengajaran. Sambil makan mi goreng saat itu saya hanya mendengarkan saja perbincangan mereka sampai.. Salah seorang rekan saya bertanya kepada saya kurang lebihnya “Kenapa sich Dod murid2 kamu kalo saya tanya begini begitu, mereka teriak Waaah! Blon diajarin Pak Dodi!”. Jujur saya kaget mendengar cerita rekan saya tersebut. Lalu saya tanya bagian mana dari materi yang disampaikan oleh rekan saya saat mereka berteriak seperti itu. Lalu rekan saya menjelaskan materi yang anu. Saya makin kaget. Cuma kaget yang ini agak2 bercampur marah mengingat saya merasa sudah menjelaskan materi tersebut. Sampe2 saya menanyakan berulang kali pada rekan saya “Bener materi yang anu?” lantaran seakan gak percaya pada cerita rekan saya. Dan rekan saya membenarkan untuk kesekian kalinya. Lalu saya bilang bahwa saya akan mencoba mengkonfirmasikan kepada anak2 didik saya apa benar mereka ber-teriak2 seperti itu. Begitulah.. pas UTS berlangsung, sempat saya tanyakan kejadian itu kepada salah seorang mahasiswa saya yang kebetulan ia adalah wakil ketua dari kelas tersebut. Apa jawaban si mahasiswa pemirsa yang budiman? Ia menjawab bahwa hal yang saya ceritakan itu tidak pernah terjadi. Hmmm.. (puyeng mode). Ini yang bener yang mana seh? Kata rekan saya ato kata si mahasiswa. Hmmmhh.. hebatnya suatu go-sip tuh emang. Bisa bikin saya.. gila! (Ditulis 12 April 2009)

Judul Artikel dari 1600 Eksemplar E-Journal Minta Di-print

Wednesday, June 17th, 2009

Entah salah denger ato salah berkomunikasi (moga2 bukan karena emang begitu perintahnya). Kemarin saya merasa ada permintaan terkait dengan perbaikan kerjaan saya, dari salah seorang rekan saya, untuk keperluan akreditasi D3. Rekan saya meminta saya agar sebanyak 1600-an eksemplar e-journal, agar judul artikelnya di-list kemudian di-print buat dilampirkan di lampiran pada laporan akreditasi. Saya sempet bengong atas permintaan tersebut. Sampe2 saya bertanya “Ini beneran harus di-print?”. Pemirsa yang budiman.. kira2 saya wajar gak bertanya demikian dan tidak langsung begitu saja mengerjakannya? Ato apa bener saya orang yang sangat sulit diajak kerjasama? (Ato pertanyaan yang terakhir cuma go-sip semata?). Btw, sekedar info, tim saya tuh terdiri dari 4 orang. Cuma lantaran kesibukan kali ya, yang 2 orang gak bisa meluangkan waktu dan jadilah tim saya cuma tinggal dua orang yang mengerjakan (salah satunya adalah saya sendiri). Ini “terpaksa” saya jelaskan di artikel ini (meski tempoe doeloe-nya gak berniat begitu) lantaran sepertinya ada yang menanyakan tentang tim saya. Moga2 cukup jelasss sekaleee. (Yang nanya pake jilbab pula kok pemirsa. Hehehe.. just info).

Apa Jangan-Jangan Rani Juliani Disekap Mabes Polisi?

Friday, June 5th, 2009

Jadi inget kasus na . Pernah diisukan dia sakit, lalu ada juga yang bilang dia sehat2 aja. Namun.. yang menarik adalah.. segala sesuatunya relatif jelas tatkala Manohara nongol di media. Saat Manohara nongol di media, dia bilang klo dia bukannya gak mo nongol, melainkan.. “disekap”. Gimana dengan ? Kok gak nongol2 ya? Akhirnya malah bikin kasus kena isu yang gak jelas. Apa jangan2 Rani Juliani sebenernya “disekap” ama Polisi Impian ya? Ato mungkin.. Mabes Polisi Impian tuh merupakan perpanjangan tangan Kerajaan Kelantan Impian? Jadi klo pemirsa ingin tau lebih banyak tentang Kerajaan Kelantan Impian, gak usah jauh2 ke luar negeri. Cukup dateng aja ke Mabes Polisi Impian. Juga klo ada wartawan pingin nyari , langsung ke Mabes Polisi Impian aja. (lol + gedubrak mode)

Kenapa Perlu Tandatangan Dosen Wali?

Thursday, January 29th, 2009

Pada saat UAS bulan lalu, banyak terlihat siswa yang kehadirannya kurang dari 75% alias suka bolos, mondar-mandir mencari dosen mata kuliah dan juga dosen walinya untuk meminta tandatangan agar list penilaiannya dapat keluar secara administratif. Hal ini dilakukan oleh institusi dalam rangka memberikan semacam shock therapy dan juga.. menerapkan aturan lama yang gak kunjung diterapkan dan.. baru-baru ini mulai akan diterapkan. Tepatnya adalah pada semester depan. Saya sendiri selaku dosen wali mengatakan kepada anak wali saya bahwa saya hanya akan mengikuti apa yang dikatakan dosen mata kuliah mengenai permasalahan tandatangan tersebut. Kalau dosen mata kuliah OK, maka saya pun OK. Ketika saya perlakukan demikian, suatu hari saya sempat mendengar mahasiswa nyeletuk ke temannya, “Lalu buat apa tandatangan dosen wali kalo dia sendiri mengikuti apa yang ditetapkan oleh dosen mata kuliah?”. Saya jawab neh Dek! Bagaimana pun dosen wali berhak untuk mengetahui keadaan anak walinya meskipun.. yang namanya mahasiswa tuh sudah dianggap dewasa. Jadi dari permintaan tandatangan ke dosen wali tersebut maka.. dosen wali akan mengetahui siapa saja anak walinya yang kuliah-nya sering bolos. Saya sendiri aja baru tau kalo.. anak wali saya yang pernah go-sip-in saya di milis.. ternyata suka bolos di LIMA MATA KULIAH. Hebat kan? Kalo gak dipaksa minta tandatangan ke saya, mana pernah dia ngasi tau ke saya. Bener kan? Dulu pun saya pernah punya anak wali yang sering bolos. Saya tempel berita di mading untuk pemanggilan terhadapnya.. gak pernah nongol. Bahkan sampe ke friendster segala saya tuh nyarinya. Juga gak dateng sampe sekarang. Alhamdulillah akhirnya perwaliannya dialihkan dan ditangani sendiri oleh kaprodi. Begitu kira-kira ya Dek!

Anti Retak

Wednesday, January 21st, 2009

Suatu hari saya makan pagi di pinggir jalan di tempat penjual lontong sayur. Sebenernya saya gak begitu suka seh makan di situ. Lantaran kayaknya penjual na ne.. rajin banget nyelekit ke saya. Saat itu dia nanya pekerjaan saya. Mungkin dia bingung kali ya, saya dah ada rumah, mobil, dst tapi kok udah pagi pun masih belon berangkat kerja. Sebenernya kalo mo saya menjelaskan kepadanya mengenai bagaimana saya menangani kesibukan saya.. saya tuh.. sebagaimana yang pernah saya katakan di.. artikel saya yang paling awal banget.. saya tuh orangnya sibuk pisan meski.. bukan orang yang kaya raya. Bangun jam 3 pagi. Liburan pun terus kerja. Kadang dari Senin sampe Senin lagi. Nge-back-up kerjaan temen di kantor, jadi IRT (Incident Response Team). Juga kalo temen kantor udah kewalahan, saya juga jadi IMF (Impossible Mission Force), selain saya juga harus menyelesaikan kewajiban saya sendiri. Dan kalo saya harus ceritakan semua itu kepadanya.. waktu saya bisa terbuang percuma. Mending saya nulis di blog ini aja kan? Yang mo tau lebih dalam tentang diri saya ya silakan baca. Kalo ada yang gak suka sama saya.. ya.. jangan bilang saya teroris gitu.. Kan saya cuma mengungkapkan pendapat saja. Dan lagi pula.. saya tekankan di sini.. situs yang statis di internet tuh menggunakan TEKNIK PULL. Bukan TEKNIK PUSH! Jadi klo ada yang gak suka sama gambar-gambar lucu di internet.. ibaratnya ya.. jangan masuk alias enter ke halaman ato rumah ato situs itu gitu aja. Kalo TV, radio, imel spam.. baru dah tuh pake teknik push dan bukan pull. Yang biasanya nyebar-nyebar go-sip gak karuan kan malahan media elektronik yang kayak gitu, yang menggunakan teknik push maksudnya. Sifatnya BROADCAST. Orang yang tadinya gak ingin tau jadi penasaran pingin tau. Yang kerjanya prasangka dan suka nyelekit ke saya pastinya akan berprasangka dan nyelekit terus-terusan. Jadi sasaran tembak saya menulis blog ini sebenernya bukan orang-orang yang kayak gitu. Tapi adalah “swing voter”, yang belum menentukan apa-apa, dan masih memeriksa keabsahan go-sip maupun nyelekit yang menerpa diri saya. Kalo mo cepet dipercaya omongannya di dunia internet, ya.. jangan biasa-in main watak. Misal.. nama orang dipake untuk dagang biar dagangannya laku.. seperti nama saya yang udah banyak dipake orang di dunia internet ini. Sampe geleng-geleng kepala saya tuh sama kelakuan orang-orang di negeri impian ini. Kalo presiden negeri impin gak punya bodyguard mungkin.. udah dipake juga kali ya namanya. Ampun deh. Kembali ke tukang lontong sayur tadi.. Saya tuh kemudian mencoba mengalihkan pembicaraan dengan tidak menjawab pertanyaannya, namun langsung bilang.. agar lontong sayur na jangan dikasi kacang. Soale yang menarik neh ya pemirsa, tukangnya meski udah dikasi tau.. tetap aja kadang-kadang suka gak konsen dan tetep ngasi kacang. Sehingga saya berharap, mending tukang lontong ini memperhatikan kerjanya sampe beres sebelum.. “memperhatikan” orang lain. Mungkin si tukang lontong ini sadar dan gak bisa nyelekit lalu dia berkata sambil tertawa sendiri, “Anti retak!”. Gitu katanya. Saya gak tau maksudnya apa ya lalu saya tanya kepadanya. Namun dia menjelaskan mengenai piring yang gak boleh retak. Agak gak mudeng seh. Baru sadar setelah pulangnya.. mungkin.. bisa jadi salah seh dugaan saya.. mungkin dia nyelekit dengan ngomong “anti retak” seperti itu berkesan.. bahwa saya orangnya gak bisa disinggung barang sedikit saja. Begitu saya sadar akan hal itu di dalam hati saya langsung mengatakan, “Wa alaikum!”. Bila maksudnya adalah baik biar kebaikannya berbalik kepadanya. Dan bila ia bermaksud nyelekit dengan berkata seperti itu.. biarlah keburukan hal itu berbalik kepadanya pula. Saya ingin jelaskan kepada pemirsa bahwa.. bilapun ingin menegur saya ya.. silakan aja asal itu memang benar adanya dan tidak main watak ato nyelekit gitu. Saya pernah punya teman saat saya kuliah di S2, dan kebetulan saat itu kami masih sama-sama bujangan.. (sekarang ia udah nikah dan saya masih bujangan) dan masih berteman sampai sekarang.. Saat kami mengerjakan tugas bareng-bareng di rumah saya.. mungkin saat itu tugasnya memang susah banget ya. Sampe-sampe kami agak-agak error untuk menyelesaikannya, lalu kami bercanda dengan main ledek-ledek-an. Mungkin ini gak baik ya tapi mohon diambil positifnya aja.. kami main ledek-ledek-an saking error-nya, ledek-ledek-annya tuh sampe keluar “kata-kata kamar mandi”. Tapi saya saat itu sama sekali tidak tersinggung dan.. malahan kami tertawa bersama dengan saling bercanda seperti itu. Nah yang saya heran tuh.. kenapa suatu omongan ato pertanyaan yang terdengar begitu sopan kok.. rasanya di dalam hati begitu menyakitkan dan.. sering sekali kebanyakan orang melakukan hal yang sama sekali tidak produktif seperti itu. Itu yang saya heran. Mungkin.. mungkin ini yang dimaksud salah seorang pakar komunikasi. Bahwa tatkala seseorang berkomunikasi dengan orang lain itu seperti sebuah garpu tala. Bila frekuensinya pas maka getaran garpu tala tersebut akan membuat garpu tala yang lain ikut bergetar. Namun kalo frekuensinya gak pas, maka garpu tala yang lain akan sama sekali tidak bergetar. Maksudnya.. bila kita berbicara dari dalam hati yang paling bersih.. meski omongan kita gak karuan sekalipun, maka hal itu akan sampai ke hati. Namun bila kita berbicara hanya dari mulut semata.. meski dengan bahasa yang luar biasa sopan.. hal itu hanya akan sampai ke mulut dan tidak akan pernah.. menyentuh hati selama-lamanya. Begitu kira-kira..

SMS-nya Udah Dulu Ya..

Tuesday, January 20th, 2009

Ini kejadiannya pas beberapa hari yang lalu, tepatnya sore hari. Saat itu saya meminta sesuatu kepada salah seorang asisten mengenai pekerjaan yang telah ia selesaikan. Namun.. si asisten ini bertanyanya banyak pisan euy. Mulai dari imel na saya apa, untuk apa saya minta hal itu, dikasi ke siapa, ketemuan di mana.. yang bagi saya kok ne nanya na ribet bener ya. Ampe puyeng jawab na. Namun saya pikir mungkin saat itu penjelasan dari saya mungkin kurang jelas kali ya. Akhirnya saya jelaskan secara perlahan-lahan. Namun penjelasan saya terkesan tersendat-sendat lantaran handphone yang saya pake, bukanlah yang biasanya yang saya pake. Lantaran handphone yang biasa saya pake baterainya habis, so musti di-charge ulang. Sedangkan saya harus make handphone saya yang lain yang mana keypad na amat tidak enak. Itulah mengapa tatkala saya merasa informasi yang sudah saya sampaikan saya rasa cukup, saya pun bilang kepada asisten tersebut.. “SMS-nya udah dulu ya..” . Jadi bukannya gak mau terus ngobrol.. cuma.. kondisi saat itu memang lagi gak ndukung banget jadinya saya pikir besok-besok aja diterusin daripada nanti salah omong kan. Hmm.. akhirnya saya mesti jelasin juga hal-hal yang kayak gini. Harusnya saya tuh jadi artis kali ya, bukan dosen. Trus nyewa personal manager untuk ngurusin yang namanya “k-o-m-u-n-i-k-a-s-i”. Moga-moga emang komunikasi dan bukan ngurusin go-sip, prasangka ama nyelekit dari kebanyakan orang. Moga-moga aja seh. Kan orang-orang dari negeri impian sudah sangat maju pemikirannya jadi gak bakalan mikir yang namanya prasangka ama go-sip secara berlebihan dan menggantikan hal-hal yang semacam itu dengan hal-hal yang lebih produktif. Tentunya.. seharusnya nama saya gak pernah keluar di milis baik milis mahasiswa, milis dosen maupun milis-milis lainnya yang ceritanya luar biasa miring, tanpa mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Sampai-sampai saya cuma bisa geleng-geleng kepala sama yang menyebarkan go-sip tersebut. Untung saya hidup di negara Indonesia. Bukan di negeri impian. Untunglah! Alhamdulillah!