Posts Tagged ‘Artis’

Antara Logika dan Popularitas

Wednesday, May 11th, 2011

Pernahkah pemirsa berlogika? Atau dengan kata lain, pernahkah menghadapi sesuatu yang pemecahan solusinya harus dengan melakukan sesuatu yang rasional? Pertanyaan saya yang lain, apakah orang-orang yang populer sekarang ini sangat pantas untuk dijadikan panutan? Ataukah kepopuleran mereka sangat pantas diterima logika ketimbang sekedar emosional belaka? Saya cuma ingin mengatakan bahwa… saya merasa tidak perlu untuk menjadi populer tatkala berlogika. Dan tatkala logika saya harus memutuskan sesuatu… tidaklah saya merasa perlu terhadap keputusan yang saya ambil tersebut, untuk menjadi suatu keputusan yang populer, dan mempopulerkan saya. Harapan untuk populer semacam itu hanyalah pencapaian yang bersifat emosional, sesaat, dan berakhir dengan penyesalan. “Penyesalan”… sebuah kata yang telah banyak orang menjadi korbannya, namun seakan banyak orang “meminta” untuk menyesal. Bila suatu popularitas perlu saya raih, bisa jadi lebih karena saya menganggapnya sebagai “perangkat bantu” yang perlu saya gunakan untuk sesuatu yang lebih pantas disebut sebagai… keteladanan. Dan juga saya tidak perlu harus menyewa “fans bayaran” agar fans saya terlihat banyak, seperti yang dilakukan oleh para artis kebanyakan :)

SMS-nya Udah Dulu Ya..

Tuesday, January 20th, 2009

Ini kejadiannya pas beberapa hari yang lalu, tepatnya sore hari. Saat itu saya meminta sesuatu kepada salah seorang asisten mengenai pekerjaan yang telah ia selesaikan. Namun.. si asisten ini bertanyanya banyak pisan euy. Mulai dari imel na saya apa, untuk apa saya minta hal itu, dikasi ke siapa, ketemuan di mana.. yang bagi saya kok ne nanya na ribet bener ya. Ampe puyeng jawab na. Namun saya pikir mungkin saat itu penjelasan dari saya mungkin kurang jelas kali ya. Akhirnya saya jelaskan secara perlahan-lahan. Namun penjelasan saya terkesan tersendat-sendat lantaran handphone yang saya pake, bukanlah yang biasanya yang saya pake. Lantaran handphone yang biasa saya pake baterainya habis, so musti di-charge ulang. Sedangkan saya harus make handphone saya yang lain yang mana keypad na amat tidak enak. Itulah mengapa tatkala saya merasa informasi yang sudah saya sampaikan saya rasa cukup, saya pun bilang kepada asisten tersebut.. “SMS-nya udah dulu ya..” . Jadi bukannya gak mau terus ngobrol.. cuma.. kondisi saat itu memang lagi gak ndukung banget jadinya saya pikir besok-besok aja diterusin daripada nanti salah omong kan. Hmm.. akhirnya saya mesti jelasin juga hal-hal yang kayak gini. Harusnya saya tuh jadi artis kali ya, bukan dosen. Trus nyewa personal manager untuk ngurusin yang namanya “k-o-m-u-n-i-k-a-s-i”. Moga-moga emang komunikasi dan bukan ngurusin go-sip, prasangka ama nyelekit dari kebanyakan orang. Moga-moga aja seh. Kan orang-orang dari negeri impian sudah sangat maju pemikirannya jadi gak bakalan mikir yang namanya prasangka ama go-sip secara berlebihan dan menggantikan hal-hal yang semacam itu dengan hal-hal yang lebih produktif. Tentunya.. seharusnya nama saya gak pernah keluar di milis baik milis mahasiswa, milis dosen maupun milis-milis lainnya yang ceritanya luar biasa miring, tanpa mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Sampai-sampai saya cuma bisa geleng-geleng kepala sama yang menyebarkan go-sip tersebut. Untung saya hidup di negara Indonesia. Bukan di negeri impian. Untunglah! Alhamdulillah!