Dengan kejadian2 aneh dalam hidup saya selama saya bersekolah di negeri impian ini, saya kok merasa wajar2 saja bila melihat pas ada orang yang hidupnya berkecukupan, lebih memilih menyekolahkan anak2nya di luar negeri ketimbang di negeri impian. Soale mungkin mereka takut klo anak2nya terkontaminasi hal2 aneh kali ya, termasuk
nilai-nilai aneh dan kejadian-kejadian aneh. Agak2 dilematis emang.
Bicara nilai2 aneh lainnya, terjadi saat saya masih kuliah. Pertama2 adalah nilai statistik. Ne mata kuliah sampe harus ngulang empat kali bo. Bener2 udah buang2 energi abis-abisan. Sampe akhirnya, terakhir, saya harus minta diluluskan oleh dosennya dengan menerima nilai C. Sebenernya saya agak bingung dalam arti, temen saya yang saya ajarin.. itu nilainya A. Sedangkan saya nilainya E. Bingung gak coba? Asli bingung tenan saya tuh pemirsa. Nilai aneh lainnya adalah Dastel alias Dasar Telekomunikasi. Saya sampe harus ngulang tiga kali klo gak salah. Dan terakhir nilainya cuma dikasi B. Padahal saya yakin banget nilai yang harusnya saya peroleh adalah A. Suatu hari setelah saya lulus S1 saya pernah punya murid yang kuliah di Elektro UI juga. Dan kursus sama saya mengenai mata kuliah yang ada di Elektro UI. Saya pun sempet ngajarin kisi2 Dastel ini. Mau tau pemirsa nilai yang didapat murid kursusku tersebut? Nilainya adalah A, dengan predikat A tertinggi di satu angkatan. Puyeng gak tuh saya. Lah knapa kok nilai Dastel saya sampe gak lulus2 ya? Jadi bingung saya.
Ini juga terjadi dalam hidupku, yang bagi.. saya pribadi.. cukup mempengaruhi ingatan saya tentang masa lalu saya. Tapi mungkin tidak bagi kebanyakan orang di negeri impian ini kali ya. Entah kenapa saya yakin sekali kalau nilai Fisika saya saat ebtanas SMA adalah.. seratus! Karena saya merasa bisa mengerjakan semua soal-soal Fisika tersebut saat ebtanas. Tapi apa coba yang saya dapatkan saat berkas ebtanas Fisika saya dibagikan? Nilai Ebtanas Fisika yang saya dapatkan cuma.. delapan puluh. Hmmhh.. kalo saja negeri impian adalah negeri yang mana keadilan bisa dituntut, mungkin saya benar2 ingin mencari tau kebenaran akan hal ini.
Ini terjadi saat saya duduk di kelas 2 SMA. Pemirsa, mungkin ini adalah salah satu rekor yang terjadi dalam hidup saya kali ya. Di mana nilai kimia saya adalah.. sepuluh semuanya. Hehehe.. suprise2. Tapi yang bikin surprise adalah.. kenapa ditulis di rapor na cuma angka delapan ya? Sampe binun..
Hal ini mungkin kejadian yang termasuk parah dalam hidup saya. Saat Ebtanas Bahasa Inggris, saat saya mengerjakan soal-soalnya, saya salah dalam mengurutkan nomor jawaban. Jawaban nomor dua misalnya dijawab di nomor tiga dan seterusnya. Namun lantaran saya sudah banyak mengerjakan soal, terpaksa deh.. jawaban yang.. harus dicoret banyak sekali. Klo dilihat dari prosedur, sebenernya saya tidak melakukan kesalahan. Kan aturannya, bila salah ya.. coret dua kali lalu beri tanda silang untuk pilihan yang merupakan jawaban perbaikannya. Cuma lantaran coretannya banyak sekali, si pemeriksanya jadi malas kali ya, dan langsung saja nilai Ebtanas Bahasa Inggris saya dikasi 60. Gara2 kejadian itu nilai ebtanas saya langsung anjlok. Akhirnya saya dan ibu saya menemui ketua penyelenggara ebtanas di wilayah kebayoran baru yang saat itu dijabat kepsek SMPN 19 klo gak salah, untuk memverifikasi kejadian tersebut. Dan hasilnya.. saya tidak mendapatkan hasil apa pun melainkan.. perkataan dari ketua penyelenggara bahwa.. saya lagi ketiban sial aja. Tokh nilainya masih 60 bukan di bawah 50. Keren kan pemirsa jawabannya? Dari kejadian tersebut akhirnya saya sadar betapa sulitnya mendapatkan keadilan di negeri impian ini. Klo di Indonesia yang namanya keadilan dijunjung tinggi kali ya. Soale klo gak demikian, mungkin sila kedua dasar negara ini udah perlu diamandemen dari dulu2 lantaran kadarluarsa kali ya.
