Posts Tagged ‘Otot’

Antara Politikus dan Negarawan

Wednesday, May 11th, 2011

Negeri impian ini memiliki banyak
politikus. Bahkan seakan banyak orang berangan-angan bisa menjadi politikus. Namun tatkala hendak dicari seorang negarawan, seperti sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Saya sendiri banyak bertemu dengan orang-orang yang sangat gemar berorganisasi. Terutama tatkala saya masih mahasiswa. Bahkan ada pula yang seakan-akan “menunjukkan” bahwa dia adalah seorang yang sangat aktif berorganisasi alias aktivis. Terutama organisasi di tingkat mahasiswa. Namun penilaian saya terhadap wawasan seseorang tidaklah terpaku pada keaktifannya berorganisasi. Ada yang “sangat aktif” berorganisasi, namun saya menilainya sebagai orang yang berwawasan sempit. Wawasan sempit? Mengapa demikian? Karena dari cara orang tersebut bernegosiasi dengan saya, saya bisa menilai apakah orang tersebut lebih banyak main otot atau main otak. Namun di sini saya tidak bermaksud menyalahkan orang yang “sangat gaul” tersebut. Mungkin memang “kelas”-nya seperti itu. Bila orang tersebut bercita-cita ingin menjadi seorang politikus yang populer, mungkin cocok. Tapi tidak untuk menjadi seorang negarawan. Seorang negarawan pastilah memiliki kemampuan kehumasan yang baik. Bagaimana ia bernegosiasi dengan banyak orang, tentunya tidak dengan mengandalkan “otot” semata. Mereka dihormati banyak orang, dari dalam hati yang bersih. Bukan sebatas lantaran mereka populer. Sedangkan penghormatan kepada seorang “politikus’, bisa jadi hanyalah sekedar dilakukan untuk memenuhi “kewajiban” saja. Dihormati dengan kepalsuan, membuat orang-orang seperti ini menjadi orang yang perlu dikasihani.

Antara Preman dan Enterpreneur

Wednesday, May 11th, 2011

Saya yakin pemirsa mengenal istilah “preman” dan “enterpreneur”. Sekarang ini mulai banyak orang berangan-angan untuk bisa menjadi seorang enterpreneur. Cita-cita yang sangat bagus menurut saya. Namun, bila ternyata karakter yang dimiliki orang tersebut lebih mendukung untuk menjadi bukan seorang enterpreneur, bisa jadi cocoknya memang begitu adanya. Yang saya pahami mengenai para enterpreneur yang sukses, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang “pandai mencari celah”. Celah di sini dapat diartikan sebagai suatu kesempatan. Lainnya lagi, mereka juga berusaha untuk bisa berada pada kondisi yang strategis ketimbang operasional melulu. Bila yang diusahakannya mengalami halangan, tidak segan-segan mereka mengambil jalan memutar… atau menunggu… hingga ada kesempatan yang paling tepat untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi tujuannya. Mencari celah… adalah berbeda dengan memaksa atau ngotot. Malah penilaian saya pada orang-orang yang senang memaksa atau ngotot, sebagai orang yang perlu mendapat rasa kasihan. Kasihan… karena orang tersebut terlihat demikian menjijikkan di mata saya. Mencari celah lebih banyak menggunakan akal. Sedangkan si pemaksa atau si pengotot… lebih banyak menggunakan otot. Setau saya, orang yang senang main otot, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang dekat dengan dunia premanisme. Termasuk para preman tentunya. Masih lebih mending menjadi mafia sekalian, seperti layaknya godfather. Namun seorang godfather pun, bila saya perhatikan, sangat jauh pembawaannya dari tampilan sebagai seorang yang… pemaksa. Banyak orang memaksa sesuatu agar ia berhasil mencapai tujuannya. Namun banyak sekali dari mereka merasa hampa terhadap apa yang kemudian berhasil mereka raih. Karena berbagi hidup didapatkan dengan cara berbagi. Bukan dengan cara dipaksakan.